Nelayan Karimunjawa jadi Andalan pada Musim Baratan
Kamis, 11 Desember 2014 06:51 WIB
Pasalnya, ketinggian ombak laut setempat bisa mencapai lebih dari 4 meter sehingga aktivitas pelayaran di laut dihentikan sementara.
Hal itu, tentunya berdampak pada suplai sembilan bahan pokok serta bahan bakar minyak (BBM) maupun liquified petroleum gas (elpiji) yang diterima warga bermukim di Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menjadi terganggu.
Jati Utomo, warga Kecamatan Karimunjawa, Selasa (9/12), mengatakan bahwa setiap memasuki musim baratan, berpengaruh terhadap suplai sembako, BBM, dan elpiji.
Khusus untuk sembako, kata dia, harga jualnya bisa mencapai dua kali lipat, terutama beras dan bumbu-bumbuan.
Meski demikian, lanjut dia, mayoritas masyarakat tidak merasa risau dengan hal itu karena sudah terbiasa. Bahkan, suplai BBM dan elpiji masih bisa didapat ketika aktivitas di laut berhenti total.
Ia menganggap nelayan tradisional yang selama ini menjadi penyelamat warga di tengah musim baratan karena beberapa kebutuhan masyarakat, seperti BBM dan elpiji, masih bisa dipenuhi.
"Biasanya ada beberapa nelayan yang tetap nekat menantang maut menyeberang ke Jepara untuk kulak BBM maupun kebutuhan lain yang dibutuhkan masyarakat," ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, masyarakat tidak terlalu khawatir akan mengalami kelangkaan pasokan sembako maupun BBM karena masih ada nelayan yang berani melaut.
Pasokan sembako yang mulai diperbanyak untuk menghadapi musim baratan seperti saat ini, kata dia, salah satunya beras diperbanyak hingga mencapai 1,5 kuintal untuk kebutuhan selama tiga bulan.
Beras sebanyak itu, kata dia, untuk memenuhi kebutuhan delapan anggota keluarga.
"Khusus untuk bumbu-bumbuan tentu tidak bisa disimpan dalam jangka lama sehingga ada saat mengalami kekurangan," ujarnya.
Biasanya, kata dia, nelayan menjadi penyelamat karena keberaniannya menyeberang ke Jepara untuk membeli sejumlah kebutuhan masyarakat untuk dijual di Karimunjawa.
Harga jualnya, lanjut dia, memang tinggi. Namun, kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi.
Camat Karimunjawa M. Taksin mengakui bahwa musim baratan memang sering terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari.
Hingga kini, lanjut dia, gelombang laut belum tinggi sehingga aktivitas nelayan dan penyeberangan masih normal.
Untuk menghadapi musim baratan, kata dia, memang tidak ada persiapan khusus karena masyarakat sudah terbiasa mengalaminya.
"Tanpa dikomando mereka sudah mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan, termasuk memperbanyak stok sembako," ujarnya.
Pada bulan Juni 2014, kata dia, dilakukan pengiriman 10 ton beras, kemudian di akhir Oktober 2014 dikirim 9 ton beras.
Stok yang masih tersimpan di gudang, kata dia, tercatat sekitar 1 ton beras.
Sejauh ini, lanjut dia, stok elpiji maupun BBM jenis solar dan premium juga aman.
Waspadai Musim Baratan
Syahbandar Jepara Yuniarso mengimbau para nelayan untuk mewaspadai musim baratan karena cuaca di laut Jepara, Selasa (9/12), mulai terlihat ada tanda-tanda terjadinya musim baratan.
Di antaranya, kata dia, terlihat dari ombak dan angin yang terjadi. Bahkan, jadwal keberangkatan kapal motor penumpang (KMP) Siginjai, Rabu (10/12), menuju Karimunjawa dibatalkan karena khawatir ketika di tengah laut terjadi musim baratan.
Hal itu, kata dia, demi keselamatan penumpangnya karena perjalanannya dibutuhkan waktu hingga lima jam.
Sementara itu, kapal cepat ekspres, kata dia, saat ini berada di Karimunjawa sehingga jadwal keberangkatannya ke Jepara, Rabu (10/12).
"Jika cuaca laut tidak mendukung, tentunya syahbandar setempat juga tidak akan mengizinkan keberangkatannya," ujarnya.
Terkait dengan cuaca laut yang mulai menunjukkan tanda-tanda ombak tinggi, kata dia, mulai diumumkan kepada nelayan serta beberapa pihak yang membutuhkan informasi tersebut.
"Kapal yang memiliki lambung kurang dari 3 meter diharapkan tidak menyeberang demi keselamatan," ujarnya.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jateng, kata dia, kecepatan angin di Karimunjawa sekitar 11--16 knot.
"Terjadi hujan dengan ketinggian gelombang rata-rata antara 1,25 dan 2 meter," ujarnya.
Sementara itu, ketinggian gelombang laut di utara Jateng, kata dia, rata-rata antara 1,25 dan 2 meter dengan kecepatan angin 7--14 knot.
Camat Karimunjawa M. Taksin mengimbau wisatawan untuk menunda keinginannya berwisata ke Karimunjawa karena sudah memasuki musim baratan.
"Biro wisata sebaiknya memberikan penjelasan kepada calon wisatawan karena waktunya juga tidak menentu sehingga dikhawatirkan tidak bisa diseberangkan dalam waktu lama," ujarnya.
Setiap memasuki musim baratan, kata Jati Utomo, pelayanan perbankan juga agak terganggu, terutama fasilitas anjungan tunai mandiri sering bermasalah.
Hal itu, lanjut dia, tentunya menimbulkan rasa ketidaknyamanan bagi wisatawan yang terjebak gelombang tinggi karena fasilitas ATM salah satu perbankan juga ikut terganggu.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor:
M Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024