Logo Header Antaranews Jateng

Bisnis Batu Mulia di Pasar Dargo Menggeliat

Jumat, 27 Maret 2015 20:02 WIB
Image Print
ilustrasi
"Semakin banyak pedagang yang berjualan batu mulia di sini (Pasar Dargo). Pedagang-pedagang baru berdatangan," kata Sekretaris Paguyuban Pedagang Kartini Semarang Sunar di Semarang, Jumat.

Pasar Dargo yang dulunya dikenal sebagai sentra beras difungsikan Pemerintah Kota Semarang sebagai tempat relokasi para pedagang batu mulia yang semula berjualan di Jalan Kartini Semarang.

Sunar menyebutkan jumlah pedagang batu mulia, aksesoris, dan perlengkapannya yang ada di Pasar Dargo kini sudah mencapai sekitar 120 orang, dan 30 pedagang di antaranya termasuk "orang baru".

"Ada penambahan sekitar 30 pedagang dari luar. Artinya, mereka tidak termasuk pedagang batu mulia yang direlokasi dari Jalan Kartini. Ini masih ada yang mau datang lagi, namun sudah penuh," katanya.

Ia menjelaskan jumlah pedagang yang berjualan di Pasar Dargo tentunya harus mempertimbangkan ketersediaan los atau tempat berjualan sehingga sekarang ini sudah tempatnya sudah tidak memungkinkan.

"Ya, selama masih ada tempat, kami 'sih' tidak masalah. 'Masa' mau berdagang tidak boleh? Namun, terus terang tempatnya sekarang sudah penuh sehingga tidak bisa lagi ada penambahan pedagang," katanya.

Mengenai tren batu mulia, ia mengakui tren batu mulia yang terjadi belakangan ini belum redup, namun justru terus menggeliat sehingga pergerakan transaksi batu mulia di Pasar Dargo ikut meningkat.

"Tren batu mulia ini berbeda dengan tren tanaman hias yang terjadi dalam waktu singkat. Saya yakin tren batu mulia akan terus bertahan cukup lama. Namun, tren batunya akan berganti-ganti," katanya.

Sekarang ini, Sunar mengungkapkan batu-batuan jenis klawing dari Purbalingga dan batu dari Garut, Jawa Barat yang tengah dicari para penikmat dan kolektor batu dengan harga bergantung kualitasnya.

Sementara itu, Wiji, pedagang batu mulia dan aksesoris di Pasar Dargo membenarkan adanya kenaikan penjualan belakangan ini dibandingkan dengan dua bulan lalu ketika pertama menempati pasar tersebut.

"Belakangan ini semakin ramai. Namun, kalau penjualan batu susah diukur, kadang sehari laku banyak, kadang tidak. Justru yang paling ramai pembelian 'emban' cincin untuk tempat batu mulia," katanya.

Dalam sehari, Wiji setidaknya bisa menjual "emban" rata-rata sampai satu kodi atau 20 buah yang terbuat dari bahan titanium dengan harga sekitar Rp100 ribu/buah, termasuk ongkos pemasangan.

Pewarta :
Editor: hernawan
COPYRIGHT © ANTARA 2024