Logo Header Antaranews Jateng

Esensi Isra Miraj Dorong Pengembangan Peradaban

Sabtu, 16 Mei 2015 08:11 WIB
Image Print
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Ibu Negara Ny. Iriana Jokowi (ketiga kanan), Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (kiri) dan Ny. Trisna Willy Saifuddin (kedua kanan) menghadiri acara Peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW Tahun 1436 H /
"Peradaban Islam yang mengedepankan perdamaian, kemajuan, keadilan, keseimbangan, dan persamaan," kata Menag dalam peringatan Isra Miraj di Istana Negara Jakarta, Jumat (15/5) malam.

Menurut dia, pengembangan peradaban itu bertumpu pada konsep Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam.

Ia menyebutkan penyatuan dimensi sosial dan dimensi spiritual pada ibadah salat itu ditegaskan dalam Alquran Surat Al-Maun yang mengecam orang-orang yang mengerjakan salat, tetapi tidak berusaha mengejawantahkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Menag, pada era postmodern ini, Islam kembali dihadapkan pada tantangan baru untuk merevitalisasi dimensi kekayaan spiritual yang terdapat dalam ajaran-ajarannya.

"Isra Miraj tidak hanya memiliki dimensi kekayaan spiritual serta pesan-pesan kehidupan, tetapi juga mengandung dimensi ilmu pengetahuan yang cukup menantang di kalangan para ilmuwan," katanya.

Menurut dia, akan bijaksana jika peringatan Isra Miraj juga dimaknai sebagai wahana transformasi peradaban ilmu pengetahuan.

"Paling kurang, melalui Isra Miraj, umat Islam tidak hanya diperkenalkan dengan ilmu pengetahuan yang bersumber dari hasil observasi, tetapi juga diperkenalkan tentang ilmu pengetahuan yang bersumber dari kitab suci, yang disebut sebagai ayat-ayat qauliyah," katanya.

Dengan pemahaman integralistik, dia berharap melahirkan bentuk dan praktik pendidikan yang tepat sehingga akhirnya melahirkan manusia yang berkepribadian utuh.

"Selain itu, berwawasan iptek dan imtak yang siap memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Lukman Hakim.

Isra Miraj merupakan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW suatu malam sekian abad yang lalu yang fantastis dan dramatik.

Ada dua etape perjalanan, yaitu etape horizontal dari Masjidilharam di Mekah ke Masjidilaqsa di Palestina. Etape kedua adalah etape vertikal dari Masjidilaqsa ke sidratulmuntaha di langit ketujuh.

Menag menyebutkan peristiwa yang dialami Nabi Muhammad SAW itu merupakan tonggak sejarah penting dari rangkaian perjuangan Nabi dalam membangun masyarakat berkeadaban dan berkeadilan bagi seluruh umat.

"Kewajiban salat tidak hanya ditafsirkan sebagai kewajiban yang sifatnya ritual individual semata, tetapi juga sebagai wahana transformasi sosial untuk mencegah kemungkaran," kata Menag.

Pewarta :
Editor: Mugiyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024