Surono Ingatkan Batas Aman Pendakian Merapi Hanya Sampai Pasar Bubrah
Senin, 18 Mei 2015 14:54 WIB
Hal itu dia tegaskan kembali menyusul terjadinya insiden terjatuhnya seorang pendaki yang merupakan mahasiswa Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY), Eri Yunanto (21) ke kawah Gunung Merapi pada Sabtu (16/5).
"Saya tidak tahu mengapa ada yang sampai ke puncak dan ada yang sampai seperti itu," kata Surono.
Menurut dia, kondisi di puncak Merapi sangat berbahaya bagi para pendaki. Selain disebabkan oleh asap serta gas beracun yang pekat, bebatuan di puncak juga rentan runtuh.
"Memang ada batuan yang belum stabil akibat letusan tahun 2010," kata dia.
Dia berharap para pendaki dapat mematuhi peringatan serta rekomendasi yang sudah sejak lama ditetapkan dan disosialisasikan. Selain itu, para pendaki juga dapat meminta bantuan pemandu jika tidak mengetahui medan.
"Jadi mohon seluruh pendaki mengikuti rekomendasi kami sehingga tidak ada insiden seperti ini, teman-teman pendaki lain juga tidak terganggu," kata dia.
Sementara itu terkait evakuasi, Surono juga mengingatkan bagi tim relawan , agar tetap memprioritaskan keselamatan diri dengan melengkapi piranti pengaman seperti penutup muka. Ini untuk menghindari dari hirupan gas beracun di sekitar kawah.
"Kondisi kawah (Merapi) kan kondisiya paling aktif, yang saya khawatirkan adalah gas yang berbahaya yang sangat pekat," kata dia.
Selain itu, dia juga meminta agar para relawan tidak melakukan evakuasi di saat tidak ada sinar matahari yang menyinari hingga permukaan kawah, seperti saat mendung, atau malam hari.
"Sebab dengan sinar matahari gas akan memuai dengan cepat sehingga konsentrasi gas tidak membahayakan tim penyelamat," kata dia.
Menurut dia saat ini temperatur kawah di puncak Gunung Merapi masih sedang dilakukan pengukuran untuk memperkirakan batas aman evakuasi. Temperatur kawah, ia perkirakan bisa mencapai mulai 100 hingga 400 derajat celcius.
"Di atas 200 derajat celcius saja tentu akan sangat berbahaya," kata dia.
Pewarta : Antaranews
Editor:
Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024