Menristek: PLTN Dibangun Untuk Kepentingan Pendidikan
Minggu, 5 Juli 2015 23:06 WIB
Hal itu, kata dia, sebagai salah satu upaya untuk pembelajaran masyarakat bahwa tenaga nuklir itu tidak bahaya, melainkan cukup efisien dan aman.
Selama ini, kata dia, penolakan masyarakat terhadap PLTN memang masih tinggi sehingga perlu upaya edukasi.
Reaktor nuklir yang ada di Tanah Air, kata dia, berjumlah tiga unit sebagai salah satu bukti pengalaman bangsa dalam mengelola reaktor nuklir selama 50-an tahun.
Satu reaktor nuklir, kata dia, bisa dimanfaatkan untuk riset teknologi pangan maupun kesehatan.
"Sekarang ini reaktor yang ada menghasilkan energi, seperti di Serpong bisa menghasilkan 33 mega, Bandung dua mega, dan Yogyakarta 250 kva," ujarnya.
Hanya saja, kata dia, energi listrik yang dihasilkan untuk kalangan sekitar dan belum dikomersialkan karena dimanfaatkan untuk edukasi masyarakat.
Reaktor nuklir yang menghasilkan energi listrik yang akan dijadikan edukasi, kata dia, dipusatkan di Serpong yang juga dipakai untuk bidang kesehatan maupun pangan.
"Sekarang pemerintah hendak membangun reaktor baru untuk energi, yang ditargetkan selesai tahun 2019," ujarnya.
Apalagi, kata dia, material untuk membangun reaktor nuklir tersebut tersedia di Indonesia, sehingga ketika terpasang sudah tidak akan mengonsumsi bahan bakar lagi.
Selanjutnya, kata dia, hasil riset tersebut akan diperkenalkan kepada masyarakat untuk mengetahui apakah mereka menerima atau tetap menolak.
"Jika menerima baru kami kembangkan. Akan tetapi riset sudah dilakukan supaya masyarakat mengetahui," ujarnya.
Nantinya, kata dia, akan dibuatkan kepariwisataan yang berbasis pada elektronik, dan terakhir ditunjukkan kepada masyarakat semua penerangan dan energi yang digunakan dari eenrgi nuklir sehingga masyarakat meyakini bahwa pemanfaatan energi nuklir sebagai hal yang aman.
Warga Kabupaten Jepara sebelumnya pernah melakukan penolakan atas rencana pembangunan PLTN di Semenanjung Muria, katanya, juga akan diundang untuk mendapatkan edukasi soal manfaat teknologi nuklir.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor:
Zuhdiar Laeis
COPYRIGHT © ANTARA 2024