Logo Header Antaranews Jateng

Petani Desa Boyolali Kreatif, Operasikan Pompa Air dengan Elpiji

Rabu, 9 September 2015 17:38 WIB
Image Print
Ilustrasi. Seorang petani mengoperasikan mesin pompa air
Sejumlah petani di Desa Ngargorejo Boyolali Kecamatan Ngemplak, Rabu, mengatakan bahwa penggunakan bahan bakar elpiji ukuran tiga kilogram untuk mesin ponpa air lebih irit dibandingkan bahan bakar minyak (BBM) bensin atau premium.

Dibyo Wiyono (51) salah satu petani RT 02 RW 03 Desa Ngargorejo, menjelaskan, petani di daerah ini yang penggunakan bahan bakar elpiji untuk pompa air memang baru dua bulan terakhir ini. Hal ini, guna mengatasi kekeringan yang melanda di wilayahnya.

Menurut Dibyo Wiyono, penggunaan elpiji memang lebih irit biaya pengeluaran dibanding dengan bensin untuk pompa air. Selisihnya, cukup besar jika menggunakan bahan bakar elpiji hanya Rp16.000 sekali menyirami tanaman padi seluar sekitar 4.000 meter persegi, sedangkan bensin bisa Rp100 ribu sekali siram lahan.

"Saya untuk menyirami lahan seluas 4.000 meter persegi selama dua hari dengan menggunakan bensin bisa menghabiskan Rp100 ribu. Padahal, tanaman padi pada musim kekeringan saat ini, selama sebulan bisa enam kali," ungkap Dibyo Wiyono.

Namun, pompan air dengan elpiji satu tabung ukuran tiga kg bisa digunakan untuk mengoperasikan pompa air satu setengah hari atau cukup untuk membasahi lahan seluas 4.000 meter persegi.

Dibyo Wiyono mengatakan petani yang menggunakan bahan bakar elpiji memang belum banyak di desa ini, karena mereka tidak mau repot menyetel mesin pompa airnya yang dimodifikasi dari bahan baku bensin ke elpiji.

Menurut dia, pada musik kemarau atau musim tanam ketiga saat ini, petani harus bekerja keras dengan pengeluaran biaya ekstra lebih besar untuk mengatasi lahan pertaninan akibat kekeringan.

"Ide modifikasi mesin pompa air ke gas elpiji ini satu satu mengatasi kesulitan petani," ujarnya.

Dibyo Wiyono menjelaskan alternatif sebagai jalan keluar dari permasalahan yang menimpa para petani tersebut caranya agak mudah mesin pompa air di bagian 'filter'-nya dilubangi dan diberikan pipa karet yang dihubungkan ke regulator yang sudah terhubung dengan tabung elpiji. Antara selang 'vacum' dan regulator dipasang keran pasokan gas, mesin pompa air berbahan bakar elpiji siap dioperasikan.

Senada dikatanya oleh Narjo (55) petani lainnya asal Desa Ngargorejo, bahwa mesin pompan air dengan bahan elpiji biaya lebih murah hanya Rp16.000 per tabung tiga kg, sedangkan sebelumnya penggunakan bensin dapat menghabiskan sekitar delapan hingga 10 liter per hari.

"Harga bensin sekarang Rp7.400 per liter, dapat dikalikan 10 liter sehingga biaya sekitar Rp74 ribu. Jika selam dua hari bisa Rp148 ribu. Padahal, tanaman kedele pada musim kemarau saat ini, membutuhkan air untuk membasahi ladang bisa enam kali selama tiga bulan untuk menjaga tanah tetap basah," tutur Narjo.

Kendati demikian, kata dia jika petani menggunakan pompan air bahan bakar elpiji jika digunakan siang hari hari di tempat yang teduh atau diberikan naungan agar tidak terkena panasnya matahari secara langsung.

Pewarta :
Editor: Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2024