Logo Header Antaranews Jateng

Eropa Hadapi Ancaman Teror Bergaya Paris, kata Europol

Selasa, 26 Januari 2016 09:22 WIB
Image Print
Polisi pasukan khusus Belgia berpatroli di jalan saat serbuan polisi di Brussels tengah, Belgia, Minggu (20/12), yang menurut media Belgia, berhubungan dengan serangan Paris yang mematikan bulan lalu. (REUTERS/Yves Herman )
"Apa yang disebut ISIS mengembangkan kemampuan perang gaya baru untuk melancarkan serangan skala besar di pentas global dengan fokus target terutama di Eropa," kata Direktur Europol Rob Wainwright kepada para pewarta di Amsterdam saat meluncurkan inisiatif baru yang lebih luas pusat kontra-teror Eropa, European Counter Terrorism Centre (ECTC).

Peringatan Wainwright didasarkan pada temuan kunci dalam laporan ahli tentang penembakan 13 November di Paris yang dikeluarkan Senin.

Laporan itu menyatakan bahwa negara-negara Eropa, khususnya Prancis, bisa menghadapi serangan teroris lain yang diniatkan mengakibatkan banyak korban di antara populasi sipil.

Laporan itu mengingatkan bahwa ancaman ISIS merupakan yang terburuk yang dihadapi benua itu dalam 10 tahun lebih.

Terkait upaya menghubungkan ancaman teroris dengan gelombang pengungsi ke Eropa, laporan itu menyatakan bahwa "tidak ada bukti konkret bahwa teroris yang melakukan perjalanan secara sistematis menggunakan aliran pengungsi untuk masuk ke Eropa tanpa diketahui".

Wainwright memastikan bahwa Europol akan menggunakan keahliannya untuk "menghadapi imigrasi ilegal."

Laporan ahli itu juga mengingatkan bahwa "sel-sel teroris ISIS yang baru-baru ini beroperasi di Uni Eropa sebagian besar berbasis domestik dan lokal" dan secara implisit menunjukkan bahwa negara-negara anggota Eropa harus melakukan lebih banyak untuk mengintegrasikan imigran karena menilai bahwa "ancaman yang nyata dan dekat kemungkinan dari unsur diaspora pengungsi Suriah (Muslim Sunni) yang menjadi rentan pada radikalisme saat di Eropa dan menjadi sasaran spesifik para perekrut ekstremis."

ECTC akan meningkatkan hub pusat informasi di mana negara-negara anggota bisa meningkatkan pembagian informasi dan koordinasi operasi, utamanya fokus pada 5.000 petempur asing Eropa karena mereka mendedahkan "sebagian besar ancaman teroris yang dilakukan di Eropa saat ini" menurut Wainwright.

Europol merinci arsip-arsip mengenai 3.700 petempur asing yang terlibat di zona konflik.

Menurut ahli kontra-teroris Inggris, banyak petempur asing Eropa "telah kembali dan menimbulkan ancaman keamanan langsung."

"Ambisi kita adalah menjadikan European Counter Terrorism Centre sebagai hub pusat informasi dalam perang melawan terorisme di UE, memberikan analisis untuk penyelidikan yang sedang berlangsung dan berkontribusi pada reaksi terkoordinasi dalam kejadian serangan teroris besar," kata Wainwright.

Sebagai pusat keahlian, ECTC di markas pusat Europol di Hague akan fokus pada penanganan para petempur asing; berbagi intelijen dan keahlian mengenai pendanaan terorisme, propaganda teroris daring dan ekstremisme, penjualan senjata ilegal; serta kerja sama untuk meningkatkan efektivitas dan pencegahan.

ECTC juga akan memantau cara ISIS dan kelompok ekstremis lain"menyalahgunakan Internet dan media sosial, khususnya untuk tujuan propaganda dan perekrutan", demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua.


Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024