Teroris Pembom Brussels Paham Racik Bahan Kimia
Senin, 28 Maret 2016 14:42 WIB
Padahal, semua itu digunakan untuk membuat bubuk peledak putih yang tidak stabil yang dikenal dengan sebutan TATP atau "Triaseton triperoksida", yang kemudian digunakan oleh ketiga pria itu untuk melancarkan serangan bom bunuh diri.
"Bahkan sekalipun orang menghentikannya, ketiga pria itu bisa saja berkilah bahwa bahan-bahan itu akan mereka gunakan untuk renovasi bangunan," kata Hassan Abid, pejabat balai kota setempat, yang keheranan mengapa pihak berwajib tidak tahu ketiga pria itu bisa tinggal secara ilegal di lantai lima apartemen tersebut.
Baru pindah dua bulan lalu, dua bersaudara warga Belgia --Khalid dan Brahim El Bakraoui-- memanfaatkan apartemen di sudut kelas menengah Schaerbeek sebagai laboratorium sekaligus tempat persembunyian mereka. Dari sini pula, Brahim dan dua pria lainnya mencegat taksi Selasa pagi lalu untuk pergi ke bandara guna melancarkan serangan teror mereka.
Pilihan mereka pada bahan peledak berbiaya rendah, ditambah pengetahuan mumpuni mereka soal kimia dan kemampuan memproduksinya di dalam sebuah apartemen yang berjarak 15 menit dari bandara semestinya memberi petunjuk mengenai metode pembuatan bom ala ISIS kepada para penyidik yang berusaha keras memahami bagaimana kelompok yang berbasis di Suriah itu membangun jejaring kekerasan di kalangan kamu muda Belgia yang teradikalisasi.
Bahan baku-bahan baku yang sudah siap pakai itu --berbeda dari bahan peledak militer yang disukai grup-grup militan tempo dulu seperti IRA di Irlandia Utara atau separatis Basque ETA di Spanyol -- menyiratkan adanya risiko serangan yang lebih besar di seluruh Eropa.
Kendati demikian, kebutuhan tempat untuk membuat TATP dalam jumlah banyak dalam waktu beberapa pekan dan campuran akhir yang siap pakai dalam beberapa pekan, membuat pembuat bom rentan dari perburuan intensif para detektif yang melacak mereka.
Faktanya, belum lama ini polisi Prancis dan Belgia berhasil menemukan dan menjinakkan "pabrik" bom di sudut kota Paris di Argenteuil, Kamis lalu.
Para militan menggunakan identitas palsu dan memanfaatkan bangunan yang tercatat di balai kota sebagai bangunan tak terpakai guna menghindari razia izin tinggal dari pihak berwenang.
Polisi kota Brussels sendiri saat itu tidak berhasil menemukan flat Schaerbeek, dan baru menemukannya beberapa saat setelah serangan di Brussels yang itu pun atas bantuan sopir taksi yang sama sekali tidak curiga mengantarkan ketiga pria itu ke bandara.
Di flat itu, pihak berwajib kemudian menemukan 15 kg TATP, selain 180 liter bahan kimia yang dibutuhkan untuk membuat bom.
"Induk Setan"
TATP adalah bahan peledak yang sangat tidak stabil. Para pejuang Palestina yang bereksperimen menggunakan bahan peledak ini pada 1980-an menyebut TATP dengan "Induk Setan" karena bubuk kristal putih itu bisa dengan mudah diledakkan dari ujung rokok yang menyala, korek api atau panas yang berlebihan.
Bahan peledak ini juga setiap waktu bisa kehilangan potensi ledaknya begitu unsur kimianya membusuk.
Digunakan pada pemboman London 2005 dan dalam serangan 13 November tahun silam di Paris, serta ditemukan dalam serangkaian razia yang menggagalkan upaya pemboman di Eropa sejak 2007, TATP menjadi bahan peledak kesukaan militan-militan ISIS.
Namun, tidak seperti senjata api selundupan yang juga digunakan dalam serangan di Paris tahun lalu yang menewaskan 130 orang, TATP sulit dijejak para agen intelijen Eropa karena bahan baku untuk peledak ini sangat dibeli di toko bangunan atau toko farmasi mana pun, serta jarang menarik perhatian.
Bahan peledak ini ditemukan seorang ahli kimia Jerman abad ke-19 . Kekuatan ledakannya sangat hebat, sekalipun dalam ukuran kecil.
Bom semacam ini ternyata tak terdeteksi oleh pemindai bandara, sehingga pihak berwajib harus mengandalkan anjing pelacak untuk melacaknya.
Sayang, sekalipun bom ini berbau menyengat -sopir taksi yang mengantarkan ketiga teroris mengaku mencium bau kimia selagi berkendara menuju bandara-- hanya sedikit anjing pelacak di daerah check-in Bandara Brussels Selasa itu ketika para pelaku bom bunuh diri meledakkan bahan peledak yang tersembunyi dalam koper di troli barang bawaan.
Mahasiswa kimia
Ehud Keinan, ilmuwan Israel yang menghabiskan waktu 35 tahun mempelajari TATP, mengatakan TARP seberat 4 kg saja bisa menghasilkan skala kehancuran seperti terjadi di Brussels.
"Bom ini gampang sekali dibuat, tidak seperti bom konvensional," kata Keinan, dekan fakultas kimia pada Institut Teknologi Technion-Israel di Haifa. "Anda tak perlu menjadi bagian organisasi besar atau latihan untuk membuat bom ini."
Tetap saja, salah seorang dari tiga tersangka pelaku bom bunuh diri Brussels, Najim Laachraoui, warga Belgia berusia 25 tahun yang meledakkan diri di bandara Brussels dan disangka membuat rompi bom bunuh diri untuk serangan ke Paris yang gagal, adalah lulusan fakultas teknik pada sebuah perguruan tinggi dan orang yang menonjol dalam kerja laboratorium.
ISIS membuat bahan peledak buatan tangan dengan menggunakan hidrogen peroksida di Irak, kata Riset Kesenjataan Konflik yang didanai Uni Eropa. Namun badan ini tidak mengidentifikasi apakah bahan peledak buatan ISIS itu TATP.
Merebaknya penggunaan senapan serbu Kalashnikov sebagai pilihan senjata ISIS di Eropa dalam dua tahun terakhir, khususnya di Paris, telah mendorong Uni Eropa memburu para penyelundup senjata.
Namun mengganggu pasokan TATP adalah tugas yang lebih sulit dilakukan.
Uni Eropa pada 2014 telah meloloskan legislasi baru bahwa semua dari 28 anggotanya mesti membatasi pemasaran dan penggunaan bahan kimia yang bisa digunakan sebagai bahan peledak. Pada beberapa kasus. ada kewajiban untuk memeriksa identitas mereka yang membeli bahan kimia.
Dua pekan dari serangan London Juli 2005, industri kimia Inggris dan toko bahan bangunan di Inggris ramai-ramai melaporkan pembelian skala besar bahan kimia yang mereka curigai.
Namun di Prancis, hidrogen peroksida dijual bebas untuk membersihkan air kolam renang.
"Jika Anda ke toko farmasi mana saja di Brussels, Anda bebas membeli 50 ml aseton. Jika Anda ke ratusan toko farmasi, Anda bisa mendapatkan lebih banyak lagi," kata Peter Newport, kepala eksekutif Asosiasi Bisnis Kimia Inggris yang menjadi anggota dewan pakar Komisi Eropa mengenai pengaturan prekursor.
Sumber: Reuters
Pewarta : Antaranews
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024