Logo Header Antaranews Jateng

Kidung Karmawibangga Rutin Dipentaskan di Candi Borobudur

Sabtu, 11 Februari 2017 14:23 WIB
Image Print
Salah satu adegan Sendratari Kidung Karmawibangga yang dipentaskan di Taman Lumbini, kompleks Taman Wisata Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Sabtu (11/2). (Foto: ANTARAJATENG.COM/Hari Atmoko)
Borobudur, ANTARA JATENG - Yayasan Brayat Penangkaran bekerja sama dengan Taman Wisata Candi Borobudur secara rutin sebulan sekali mementaskan sendratari Kidung Karmawibangga guna memperkuat kenangan wisatawan yang bertandang ke bangunan peninggalan peradaban dunia di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu.

"Selanjutnya sebulan sekali, setiap Sabtu minggu kedua, dipentaskan di panggung terbuka Taman Lumbini Candi Borobudur ini," kata Pendiri Yayasan Brayat Penangkaran Borobudur Sucoro di Borobudur, Sabtu.

Ia mengatakan hal itu di sela peluncuran program pementasan sendratari Kidung Karmawibangga di Taman Lumbini, kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, yang antara lain dihadiri Kepala Unit TWCB Chrisna Murti Adiningrum, Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo, dan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang Iwan Setyarso.

Para wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang baru saja masuk kompleks TWCB, Sabtu siang, dan hendak naik Candi Borobudur singgah beberapa saat untuk menyaksikan pementasan sendratari yang dimainkan sekitar 120 penari dan penabuh gamelan itu.

Para penyuguh sendratari itu umumnya seniman petani berasal dari gabungan sejumlah grup kesenian rakyat dari desa-desa di Kabupaten Magelang dan daerah sekitarnya.

Hingga saat ini, ujar Sucoro yang juga penggerak masyarakat untuk pelestarian tradisi budaya desa tersebut, delapan grup kesenian rakyat dari sejumlah desa di Kabupaten Magelang, Wonosobo, Temanggung, dan Boyolali, telah menyiapkan diri untuk secara bergiliran mementaskan sendratari dengan lakon yang mengambil inspirasi dari relief Karmawibangga di Candi Borobudur itu.

Ia menyebut sejumlah grup itu berbasis kesenian rakyat, seperti kuda lumping, soreng, topeng ireng, jatilan, lengger, badut, dan tuyulan. Anggota mereka beragam, meliputi laki-laki, perempuan, orang tua, pemuda, pemudi, dan anak-anak.

"Mereka ada yang menjadi penari, ada yang menjadi penabuh gamelan. Mereka mengemas basis keseniannya untuk ditampilkan menjadi sendratari Kidung Karmawibangga," ujarnya.

Ia menyebut tiga lakon dalam sendratari Kidung Karmawibangga yang telah mereka ciptakan hingga saat ini, yakni "Prahara Bumi Shambarabudara", "Kisah Asmara di Bukit Karmawibangga", dan "Pangeran Bajang".

Lakon dalam sendratari tersebut, ujarnya, mengandung pesan universal yang penting bagi kehidupan manusia, sebagaimana relief Karmawibangga yang ada di dinding lantai dasar Candi Borobudur.

"Relief di Candi Borobudur memang menyimpan inspirasi yang bisa melahirkan karya dalam wujud sendratari, sebagaimana sendratari Kidung Karmawibangga," katanya.

Ia mengatakan bagi para pemain sendratari itu, kesempatan mementasakan karya keseniannya di Candi Borobudur menjadi pengalaman berharga dalam menggeluti kehidupan sehari-hari sebagai petani dan sekaligus pemain kesenian tradisional.

"Sedangkan bagi wisatawan, supaya tidak sekadar naik candi lalu 'selfie' (swafoto, red.), tetapi ada nilai dan kenangan yang lebih bermakna dari kunjungan wisata mereka ke Candi Borobudur," katanya.


Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025