Logo Header Antaranews Jateng

PLTU Batang Raih Top CSR Improvement

Jumat, 7 April 2017 11:59 WIB
Image Print
Suasana pembangunan PLTU Batubara di wiayah, Batang, Jawa Tengah, Kamis (30/3). Menurut Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Didit Wicaksono, PLTU yang diperkirakan akan menghasilkan listrik dengan kapasitas 2000 megawatt tersebut dapat
Pekalongan, ANTARA JATENG - Perusahaan Terbatas Bhimasena Power Indonesia (BPI) selaku investor pembangunan pembangkit listrik tenaga uap Kabupaten Batang, Jawa Tengah, meraih penghargaan "Top Improvement CSR Award 2017".

Presiden Direktur PT BPI, Takashi Irie di Batang, Jumat, mengatakan bahwa penghargaan tersebut merupakan sebuah apresiasi terhadap komitmen dan konsistensi BPI dalam memberdayakan masyarakat di kawasan desa terdampak PLTU.

"Kami berkomitmen akan terus memberdayakan masyarakat Batang. Tentunya pada penghargaan ini akan mendorong kami untuk terus berinovasi dalam menyiapkan dan melaksanakan program corporate social responsibility (CSR)," katanya.

BPI meraih penghargaan ini setelah melalui serangkaian proses penjurian oleh tim independen dan kredibel di bidang sosial ekonomi.

Adapun, salah satu aspek penilaian utama dalam penghargaan ini, kata dia, adalah tentang upaya perusahaan dalam melaksanakan CSR yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat serta peran CSR perusahaan dalam mendukung aktivitas bisnis perusahaan.

Ia mengatakan berbagai program yang telah digagas dan dilaksanakan perusahaan ini dapat dimanfaatkan secara optimal oleh seluruh masyarakat.

"Kami berharap keberadaan PLTU tidak hanya bermanfaat bagi pemenuhan energi nasional tetapi juga dapat harmonis dan selaras dengan kemajuan masyarakat di sekitarnya," katanya.

Selain itu, kata dia, BPI juga berkomitmen dan mengimplementasikan sejumlah aktivitas yang telah dicantumkan dalam dokumen tentang analisa mengenai dampak lingkungan (amdal) dan program CSR terkait pengelolaan dampak aktivitas PLTU, seperti dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi kepada masyarakat.

Ia mengatakan dalam mengatasi dampak pengadaan lahan, BPI telah menyediakan lahan pengganti pada 218 petani penggarap seluas 32 hektare dengan sistem hak pakai.

"Masing-masing petani penggarap dapat mengolah 1.200 meter persegi lahan garapan dan memanfaatkannya untuk bercocok tanam serta menikmati hasilnya. Selain itu, BPI juga melakukan pemasangan rumah ikan sebagai salah satu program mitigasi kepada nelayan," katanya.

Pewarta :
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024