Logo Header Antaranews Jateng

Wiranto: Upacara Jumenengan simbol kerukunan kerabat keraton

Kamis, 12 April 2018 16:42 WIB
Image Print
Menko Polhukam Wiranto usai mengikuti prosesi upacara adat istiadat budaya Jumenengan Ke-14 Sampeyan Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (SISKPS) Pakoe Boewono XIII di Sasono Sewaka Keraton Kasunanan Surakarta, Kamis (12/4) (Foto:Bambang Dwi Marwoto)
Solo (Antaranews Jateng) - Menteri Koodinator Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto, mengatakan upacara tradisi adat budaya Tingalan Dalem Jumenengan Ke-14 Pakoe Boewono XIII merupakan simbol kerukunan keluarga dan kerabat Keraton Kasusunan Surakarta.

"Saya melihat di sini, ada simbol kerukunan dari keluarga kerabat keraton yang menampilkan suatu adat budaya sangat luar biasa luhurnya," kata Wiranto usai mengikuti prosesi upacara Jumenengan, di Sasono Sewaka Keraton Kasunanan Surakarta, Kamis.

Wiranto mengatakan dirinya sengaja datang ke Solo karena juga bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta, Pakoe Boewono XIII mengikuti prosesi upacara adat budaya yang sakral ini.

"Ada beberapa makna yang saya harus hadir menyaksikan secara langsung satu acara yang memang merupakan suatu warisan leluhur kita, budaya adat istiadat keraton jumennengan," tutur Wiranto.

Menurut Wiranto, dirinya melihat beberapa makna antara lain nilai melestarikan budaya jawa atau budaya nasional yang adi luhung, yang sangat luhur itu, jika tidak dipelihara akan hilang. Padahal syarat dengan makna.

Oleh karena itu, Wiranto merasa bahagia karena budaya tersebut tidak hilang masih dilaksanakan di Keraton Surakarta, tentu hal ini, bagian dari kerukunan di dalam keluarga keraton.

Mengapa hal tersebut, kata Wiranto, sangat penting. Padahal keraton sekarang tidak mempunyai wilayah, rakyat, dan tidak memiliki kekuasaan seperti zaman kerajaan dahulu, tetapi di tengah masyarakat tradisional perannya masih sangat penting. Keraton simbol-simbol kultural kadang-kadang masih dianut oleh masyarakat tradional di Indonesia.

Oleh karena itu, ujar Wiranto dengan adanya budaya Jawa atau keraton yang kini ditampilkan dapat membuat suatu perasaan yang nyaman, damai. Hal ini sangat penting bisa menampilkan suatu performa keraton yang tadinya diketahui adanya permasalahan internal.

Selain itu, kata Wiranto dengan adanya acara Jumenengan tersebut para kerabat datang hadir melakukan sungkeman. Hal ini, titik awal baru terjadinya sutu kerukunan yang lestari atau permanen. Dari sini tentunya yang masih ada masalah dapat dimusyawarhkan dengan baik.

Prosesi upacara adat budaya keraton Tingalan Dalem Jumenengan Ke-14 Sampeyan Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (SISKPS) Pakoe Boewono XIII yang digelardi Sasono Sewaka Keraton Kasunanan Surakarta, Kamis, dihadiri ratusan tamu undangan.

Menurut Gusti Pangeran Haryo (GPH) Dipo Kusumo selaku Ketua I Bidang Tata Cara Upacara Keraton Surakarta proses Jumenengan tersebut ada kaitannya dengan tarian sakral Bedaya Ketawang yang dilakukan oleh sembilan gadis, dan mios Dalem Ingkang Sinuwun satu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan.

Upacara tradisi keraton yang dilestarikan setiap tahun tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat, para tamu undangan, para sentono dalem, dan keluarga Keraton Kasunanan Surakarta.

Pada acara upacara tersebut penjabat yang hadir Menko Polhukam, Wiranto, Wali Kota Surakarta F.X Hadi Rudyatmo, Danrem 074/Warastratama Kolonel Inf Widi Prasetijono, sedangkan tokoh masyarakat yang hadir antara lain Sutjiyatmi Notomihardjo atau ibu kandung Presiden Joko Widodo, Mantan Kepala Staf Angkatan Darat, Subagyo H.S.

Menurut Dipo Kusumo para tokoh yang mendapat gelar antara lain Gubernur Kalimantan Barat, Bupati Kutai Barat, Kepala Polda Jateng Irjen Pol Condro Kirono, Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Wuryanto mendapat gelar Kanjeng Pangeran Haryo (KPH).

Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2025