Sinetron "Sitti Nurbaya" menjadi hits nomor satu di Indonesia
Rabu, 4 Juli 2018 12:28 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Balai Pustaka bekerja sama dengan LPP TVRI menggarap novel karya Marah Rusli berjudul "Sitti Nurbaya" dalam bentuk sinetron yang akan ditayangkan ke seluruh masyarakat Indonesia, khususnya generasi milenial.
Pada peresmian Istana Peradaban di Kantor Pusat Balai Pustaka, Matraman, Jakarta, Selasa, Direktur Utama Balai Pustaka Achmad Fachrodji mengatakan saat ini kedua pihak masih membahas ide cerita agar sesuai dengan penonton masa kini yang umumnya didominasi generasi milenial.
"Jadi nanti gadis-gadis bisa membuka TVRI supaya sinetron Sitti Nurbaya menjadi sinetron hits nomor satu di Indonesia. Kami baru membahas ide cerita kekinian," kata Achmad.
Ia menjelaskan rencana penayangan kembali sinetron Sitti Nurbaya ini diharapkan dapat membuat masyarakat Indonesia kembali menikmati salah satu dari khasanah Sastra Indonesia tersebut.
Balai Pustaka dan TVRI menargetkan sinetron Sitti Nurbaya terbaru dapat tayang di penghujung tahun 2018.
"Kami baru membahas ide cerita kekinian, mudah-mudahan sebelum akhir tahun, sinetron Sitti Nurbaya siap tayang di TVRI," ujar Achmad.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama TVRI Helmy Yahya mengatakan penayangan kembali Sitti Nurbaya menjadi tantangan untuk televisi nasional ini karena generasi muda yang umumnya gampang bosan.
Di sisi lain, penayangan sinetron Sitti Nurbaya juga harus bisa menjadi bahan edukasi kepada penonton muda dan mengenalkannya sebagai kesusastraan yang dikagumi di tahun 60`an.
"Tantangannya bagaimana mengemasnya karena generasi kita gampang bosan. Persoalannya bagaimana mengaitkan karya sastra ini dengan milenial," kata Helmy.
Ada pun novel Sitti Nurbaya diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit nasional zaman Hindia Belanda, pada tahun 1922.
Novel dengan latar budaya Minangkabau, Sumatra Barat, ini menceritakan cinta remaja antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, yang hendak menjalin cinta, namun keduanya terpisah ketika Samsu terpaksa pergi ke Batavia untuk melanjutkan pendidikan.
Nurbaya pun terpaksa menikah dengan Datuk Meringgih (yang kaya namun kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang.
Novel ini sebelumnya sudah diadaptasi dalam bentuk sinetron pada tahun 1991, yang disutradarai Dedi Setiadi dan dibintangi Novia Kolopaking sebagai Nurbaya, Gusti Randa sebagai Samsu, dan HIM Damsyik sebagai Meringgih. (Editor : Ruslan Burhani).
Pada peresmian Istana Peradaban di Kantor Pusat Balai Pustaka, Matraman, Jakarta, Selasa, Direktur Utama Balai Pustaka Achmad Fachrodji mengatakan saat ini kedua pihak masih membahas ide cerita agar sesuai dengan penonton masa kini yang umumnya didominasi generasi milenial.
"Jadi nanti gadis-gadis bisa membuka TVRI supaya sinetron Sitti Nurbaya menjadi sinetron hits nomor satu di Indonesia. Kami baru membahas ide cerita kekinian," kata Achmad.
Ia menjelaskan rencana penayangan kembali sinetron Sitti Nurbaya ini diharapkan dapat membuat masyarakat Indonesia kembali menikmati salah satu dari khasanah Sastra Indonesia tersebut.
Balai Pustaka dan TVRI menargetkan sinetron Sitti Nurbaya terbaru dapat tayang di penghujung tahun 2018.
"Kami baru membahas ide cerita kekinian, mudah-mudahan sebelum akhir tahun, sinetron Sitti Nurbaya siap tayang di TVRI," ujar Achmad.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama TVRI Helmy Yahya mengatakan penayangan kembali Sitti Nurbaya menjadi tantangan untuk televisi nasional ini karena generasi muda yang umumnya gampang bosan.
Di sisi lain, penayangan sinetron Sitti Nurbaya juga harus bisa menjadi bahan edukasi kepada penonton muda dan mengenalkannya sebagai kesusastraan yang dikagumi di tahun 60`an.
"Tantangannya bagaimana mengemasnya karena generasi kita gampang bosan. Persoalannya bagaimana mengaitkan karya sastra ini dengan milenial," kata Helmy.
Ada pun novel Sitti Nurbaya diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit nasional zaman Hindia Belanda, pada tahun 1922.
Novel dengan latar budaya Minangkabau, Sumatra Barat, ini menceritakan cinta remaja antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, yang hendak menjalin cinta, namun keduanya terpisah ketika Samsu terpaksa pergi ke Batavia untuk melanjutkan pendidikan.
Nurbaya pun terpaksa menikah dengan Datuk Meringgih (yang kaya namun kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang.
Novel ini sebelumnya sudah diadaptasi dalam bentuk sinetron pada tahun 1991, yang disutradarai Dedi Setiadi dan dibintangi Novia Kolopaking sebagai Nurbaya, Gusti Randa sebagai Samsu, dan HIM Damsyik sebagai Meringgih. (Editor : Ruslan Burhani).
Pewarta : Mentari Dwi Gayati
Editor:
Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024