Logo Header Antaranews Jateng

Ratusan warga Gunung Merbabu ikuti tradisi "Buka Luwur"

Jumat, 5 Oktober 2018 18:58 WIB
Image Print
Ratusan warga lereng Gunung Merbabu berebut gunungan tradisi "Buka Lawur" di pemakaman Syech Maulana Ibrahim Magribi di Desa Candisari, Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, Jumat (5/10). (Foto: Bambang Dwi Marwoto)
untuk 'nguri-uri' (melestarikan) kebudayaan dari nenek moyang terdahulu. Mengenang perjuangan dan pengembangan agama Islam di wilayah Pantaran Boyolali
Boyolali (Antaranews Jateng) - Ratusan warga lereng Gunung Merbabu  mengikuti upacara tradisi "Buka Lawur" yang digelar hari ke-25 setelah Sura (kalender Jawa) di tempat pemakaman Syech Maulana Ibrahim Magribi di Desa Candisari, Kecamatan Ampel, Jumat.
     
Ketua panitia pelaksana acara itu, Wahyu Windiharno, mengatakan tradisi tersebut, salah satu prosesinya berupa penggantian kain lurup di makam Syech Maulana Ibrahim Magribi.

"Buka lurup atau mengganti kain mori ini dengan tujuan untuk 'nguri-uri' (melestarikan) kebudayaan dari nenek moyang terdahulu. Mengenang perjuangan dan pengembangan agama Islam di wilayah Pantaran Boyolali," katanya.

Ia mengatakan ada lima makam yang diganti kain morinya, yakni makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi, Dewi Nawangwulan, Ki Ageng Pantaran, Ki Ageng Mataram, dan Ki Ageng Kebo Kanigoro. 
     
Acara tradisi "Buka Luwur" diawali dengan kirab kain luwur dan kelengkapan lainnya diserahkan oleh Wakil Bupati Boyolali M. Said Hidayat kepada sang juru kunci makam, dilanjutkan penggantian kain tersebut. 
     
Acara dilanjutkan pembacaaan zikir dan tahlil diikuti ratusan peziarah, sedangkan pada akhir acara berupa kenduri dengan membagikan makanan yang diyakini warga sebagai berkah Tuhan Yang Maha Esa.
     
"Warga Pantaran juga membawa tumpeng setelah berdoa, mereka makan bersama, untuk kebersamaan," kata Wahyu.
     
Wabup Hidayat berharap, agenda tersebut dapat menjadi sarana warga mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, melestarikan tradisi budaya, dan merekatkan kekeluargaan dan persaudaraan.
     
"Tradisi turun-temurun ini, semoga bisa menjadi pengingat semua masyarakat," katanya.

Siti Munawiroh (45), salah satu pengunjung, mengaku setiap Sura bersama keluarganya datang ke Desa Pantaran untuk berziarah.
.
"Saya berharap semoga diberikan keberkahan usaha sebagai pedagang dan diberi kesehatan," kata warga Kabupaten Semarang itu.
 

Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024