Melestarikan tradisi, merajut kebhinekaan
Sabtu, 12 Januari 2019 22:27 WIB
Tanpa alas kaki, seorang pria yang menggunakan busana dengan ornamen penuh tulang dan tengkorak binatang berjalan masuk ruangan yang menjadi lokasi resepsi pernikahan Adhyatmika Ardhanaputra dan Vandalita Kusuma Wardhani di salah satu hotel berbintang di Ibu Kota Jawa Tengah itu.
Pakaian adat Dayak, demikian busana yang dikenakan salah satu tamu pernikahan putra pasangan Hardhono Susanto dan Grace W.Susanto itu.
Pakaian adat dayak tersebut, bukan satu-satunya busana tradisional yang dikenakan tamu resepsi pernikahan Addo dan Vanda tersebut.
Tampak dalam antrean tamu berbusana adat Nusa Tenggara Timur, Minang, Bali, Papua, serta Jawa.
Grace W.Susanto mengatakan resepsi putra bungsunya ini sengaja mengambil tema Pelangi Nusantara.
"Para tamu sengaja diminta menggunakan busana tradisonal dari berbagai wilayah di Indonesia," kata dokter gigi.
Melalui resepsi pernikahan ini, lanjut dia, wujud kebhinekaan Indonesia melalui pakaian adat nusantara yang beragam jenianya bisa ditunjukkan secara nyata.
Selain, lanjut dia, salah satu upaya mengenalkan dan menjaga warisan tradisi bangsa itu.
Pegiat tradisi dan budaya ini juga mengangkat potensi rempah dan kuliner khas berbagai daerah di Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya.
Rempah, menurut dia, merupakan salah satu komoditas penting nusantara sejak jaman dulu hingga saat ini.
"Generasi masa kini sudah banyak yang tidak mengenal rempah nusantara," katanya.
36 jenis empah nusantara di "pamerkan" dalam resepsi pernikahan putra bungsunya itu.
Rempah-rempah tersebut sudah sulit ditemui saat ini, bahkan mungkin tak lagi dikenali generasi muda, kata Grace.
Selain itu, 12 jenis kuliner khas Indonesia juga disajikan untuk para tamu undangan.
Mulai dari Lunpia, makanan khas Kota Semarang hingga Lontong Tuyuhan dari Rembang tersaji dalam resepsi tersebut.
Berbagai kuliner khas tersebut tidak bisa dilepaskan dari beragam rempah yang merupakan bagian dari kekayaan tradisonal Indonesia.
Tema tradisional tidak hanya ditunjukkan melalui kuliner maupun busana tradisional para tamu undangan.
Gaun pengantin, kue pernikahan, hingga dekorasi lokasi resepsi tetap mengacu pada kekayaan trasisional negeri ini.
Grace menyebut gaun pengantin wanita yang dirancang oleh desainer asal Kota Semarang Bramanta Wijaya tetap menonjolkan ciri khas dauh rempah dalam motif jahitannya.
Demikian pula kue pernikahan yang didesain dengan motif-motif rempah nusantara.
Sengaja persiapkan busana tradisional
Yulius Tehau, salah seorang tamu undangan yang memakai busana adat Suku Dayak saat menghadiri resepsi pernikahan itu mengaku sengaja menyiapkan sejak jauh-jauh hari.
"Sengaja dibawa khusus dari Kalimantan Barat untuk resepsi pernikahan ini," kata anggota DPRD Kabupaten Sanggau ini.
Meski tak lagi menggunakan tengkorak dan tulang asli binatang, busana adat tersebut tetap menjadi pusat perhatian.
Yulius mengatakan tengkorak dan tulang binatang itu sudah diganti dengan ukiran kayu yang mirip dengan aslinya.
"Ini pakaian adat yang memang biasa digunakan saat perayaan pernikahan mauapun panen raya di Kalimantan," katanya.
Yulius datang ke resepsi ini sebagai kerabat Handhono dan Grace.
Ia merupakan anak asuh Hardhono dan Grace saat menempuh pendidikan di Semarang.
"Waktu dulu kuliah di Semarang saya ikut Pak Hardhono dan Ibu Grace," katanya.
Ia mengaku bangga dengan tema resepsi pernikahan putra bungsu Hardhono dan Grace tersebut.
Selain salah satu bentuk pelestarian budaya, beragamnya busana dan kuliner tradisi nusantara itu, menurut politilus Partai Demokrat itu, sebagai bentuk aktual Bhineka Tunggal Ika.
Adapun Grace W.Susanto menambahkan kultur yang diangkat dalam resepsi pernikahan ini diharapkan menjadi salah satu media untuk mengembalikan identitas warisan budaya Indonesia.
"Ini diharapkan menjadi pengingat kembali kekayaan dan harmonisasi Indonesia," pungkasnya.
Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor:
Antarajateng
COPYRIGHT © ANTARA 2024