Logo Header Antaranews Jateng

Desa wisata Samiran kembangkan "homestay"

Rabu, 27 Februari 2019 18:24 WIB
Image Print
Ketua 2 Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Samiran, Haris Budiyarto, saat memperlihatakan ruangan untuk keluarga di Homestay Damar Desa Samiran, Selo Boyolali, Rabu (27/2). (Foto:Bambang Dwi Marwoto)
Wisatawan yang datang ke Selo Boyolali dari hari ke hari makin banyak
Boyolali (ANTARA) - Masyarakat Desa Wisata Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali terus berbenah diri mengembangkan "homestay" untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

"Jumlah 'homestay' di Desa Samiran Selo sebelumnya yang masih bertahan sebanyak 15 orang, tetapi sekarang sudah berkembang hingga 50 pengusaha 'homestay'," kata Ketua 2 Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Samiran, Haris Budiyarto, di Selo Boyolali, Rabu.

Tarif "homestay" di Desa Samiran ditawarkan bervariasi, tergantung fasilitasnya. "Homestay" menginap satu malam sekitar Rp100 ribu hingga Rp250 ribu. Wisatawan bisa menikmati sejuknya hawa dan pemandangan Gunung Merapi dan Merbabu.

Desa Samiran yang terletak di lereng Gunung Merbabu dan Merapi dinyatakan menjadi desa wisata sejak 2008. Jumlah "homestay" di Selo ketika itu, 100 rumah bersamaan dengan dibuka jalur wisata Solo-Selo-Borobudur (SSB), tetapi lambat laun berkurang.

Masyarakat Desa Samiran masih berpedoman penghasilan utama dari hasil pertanian dan peternakan, sehingga "homestay" terus berkurang hingga belasan orang yang masih bertahan membuka usaha itu.

"Kami dahulu warga setempat hanya sebagai penonton, soal kunjungan wisatawan asing, karena mereka menginap di Yogyakarta dan pemadu wisata juga dari sana. Namun, setelah dicanangkan desa wisata dan masyarakat mulai sadar akan pariwisata lambat laun perkembangan sangata signifikan," kata Haris Budiyarto.

Bahkan, banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Selo langsung bermalam di sejumlah "homestay" di Desa Samiran. Wisatawan asing banyak yang menginap tiga hingga empat hari.

Dinas Pariwisata Boyolali juga mendorong warga sekitar membuat berbagai kegiatan untuk meningkatkan kunjungan wisata di daerah itu, seperti pergelaran seni budaya lokal, Warga juga mengenalkan makanan-makanan khas lokal sebagai wisata kuliner, agrowisata memetik buah dan sayuran langsung di kebun.

Menurut dia, wisatawan asing yang berkunjung ke Selo biasanya menikmati jalur pendakian Gunung Merapi dan Merbabu. Namun, wisatawan sekarang bisa menikmati tempat wisata buatan yang menjadi ide kreatif warga, sehingga wisatawan bisa betah di Boyolali.

Wisata buatan di lereng Merbabu dan Merapi, antara lain di Gancik, Alam Sutera, Taman Tani Tretes, Garden Merapi, Bukit Lempuyangan.

"Wisatawan yang datang ke Selo Boyolali dari hari ke hari makin banyak," katanya.

Kawasan Selo juga memiliki komoditas unggulan, yakni sayuran sehingga wisatawan lokal setelah menikmati objek wisata, mereka pulang berbelanja berbagai jenis sayuran segar dengan harga lebih murah.

Saat musim liburan dan jalur pendakian Merapi belum ditutup, wisatawan asing yang berkunjung ke Selo bisa mencapai 500 orang per bulan. Wisatawan asing biasanya berkunjung ke tempat itu pada Juni-Juli-Agustus.

Kepala Dinas Pariwisata Boyolali Wiwis Trisiwi Handayani mengatakan jumlah "homestay" di kawasan Selo terus berkembang. Hingga saat ini terdata sekitar 100 "homestay".

Menurut dia, potensi wisata di kawasan Selo sangat luas, dimana rata-rata setiap tahun sekitar 5.000 okupansi, baik wisatawan dari dalam maupun luar negeri.   

"Homestay" atau penginapan di Selo lebih untuk keluarga atau rombongan. Namun, pengembangan penginapan ke depan menjanjikan untuk kesejahteraan masyarakat.

"Hal ini, karena kawasan ini, terus dikembangkan oleh pemerintah baik dari daerah maupun pusat," katanya.

 

Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024