Sultan HB X dapat doktor HC ke-7, kali ini dari UNY
Kamis, 5 September 2019 16:11 WIB
Rapat Senat Terbuka Penganugerahan gelar doktor HC untuk Sultan HB X berlangsung di Gedung Auditorium UNY. Gelar ini merupakan gelar doktor kehormatan ketujuh yang diterima Sultan HB X.
"Diperlukannya Pendidikan Karakter, karena adanya kecemasan akan hilangnya karakter bangsa yang adiluhung, ramah, suka menolong dan bergotong-royong, jujur dan nilai-nilai keutamaan lainnya," kata Sultan dalam orasi ilmiahnya.
Sultan menyadari secara kurikuler pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah berupaya menjadikan pendidikan lebih bermakna bagi individu. Tidak sekadar memberi pengetahuan (kognitif), tetapi juga menyentuh tataran afektif dan psikomotorik melalui mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, dan Olahraga.
Namun, menurut Sultan, harus diakui upaya tersebut belum mampu mewadahi pengembangan karakter secara dinamis dan adaptif terhadap pesatnya perubahan karena kurang terampilnya para guru menyelipkan Pendidikan Karakter dalam proses pembelajaran.
"Oleh sebab itu, Pendidikan Karakter perlu direformulasi dan direoperasionalkan melalui transformasi budaya dan kehidupan satuan pendidikan," kata Raja Keraton Yogyakarta ini.
Selain itu, implementasi pendidikan karakter tidak bisa berjalan optimal karena, menurut dia, sekolah terlalu fokus mengejar target akademik, khususnya agar lulus ujian nasional (UN). Implikasinya, kurang diajarkan aspek kecakapan hidup (soft-skills) yang non-akademik. Sehingga sebagai unsur utama Pendidikan Karakter justru terabaikan.
Sultan mengatakan dalam upaya menguatkan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya antara lain diperlukan pendayagunaan budaya-budaya etnik, sekaligus memperkuat semangat keindonesiaan (karakter khas Indonesia-red).
Salah satu cara yang diusulkan Sultan yakni dengan melibatkan pemimpin-pemimpin informal etnik melalui dialog budaya antaretnik. Setiap kelompok budaya, kata dia, hendaknya saling menyapa dan mengenal untuk saling memberi dan menerima.
"Dari sistem nilai Jawa, etnik Bugis bisa mendewasakan prinsip siri', agar tidak terkungkung sempit pada masalah kekeluargaan, tapi hendaknya disublimasi ke arah yang menjangkau persoalan-persoalan besar bangsa," kata dia.
Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni UNY Prof Suminto A. Sayuti selaku promotor menilai Sultan HB X selaku Gubernur DIY memiliki komitmen dalam penanaman pendidikan katakter berbasis budaya.
Baca juga: Sultan HB X serukan semangat islah politik berbasis budaya
Beberapa langkah nyata yang telah dilakukan di antaranya menginisiasi lahirnya kurikulum berbasis budaya melalui Dinas Pendidikan Provinsi DIY, berdirinya Akademi Komunitas, munculnya desa-desa budaya dan para pendampingnya, pemberian penghargaan seni dan budaya secara periodik kepada seniman dan budayawan DIY, serta berbagai macam aktivitas seni budaya lain yang tak terhitung jumlahnya di DIY.
"Semuanya menunjukkan bahwa selaku Gubernur DIY Sri Sultan HB X tidak hanya bernarasi tentang pentingnya budaya sebagai basis pendidikan karakter tetapi melaksanakannya," kata dia.
Selain itu, ratusan makalah atau sambutan, baik yang berupa makalah kunci di berbagai seminar dan konferensi, maupun yang berupa buku atau artikel di media massa cetak hampir semuanya mengisyaratkan pandangan dan keyakinan beliau terhadap pentingnya pendidikan karakter dalam konteks pembangunan karakter bangsa baik secara eksplisit maupun implisit.
"Sultan HB X juga selalu menekankan pentingnya pemartabatan bangsa, bahwa bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang menjunjung tinggi budaya," kata dia.
Rapat Senat Terbuka penganugerahan Doktor HC untuk Sultan HB X dihadiri istri Sultan HB X, GKR Hemas beserta empat puterinya GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, serta GKR Bendoro. Hadir pula, Rektor UNY Prof Sutrisna Wibawa, jajaran Guru Besar UNY, serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) DIY.
Baca juga: Sultan HB X beri ucapan selamat kepada Jokowi-Ma'ruf
Pewarta : Luqman Hakim
Editor:
Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024