Pendidikan vokasi (jadi) magnet dunia industri
Kamis, 26 September 2019 16:55 WIB
Program pendidikan vokasi industri tersebut sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saing SDM Indonesia.
Pendidikan kejuruan dan vokasi berbasis kompetensi link and match antara SMK dan industri juga terus dikembangkan di Provinsi Jawa Tengah dengan telah ada tiga SMK yang boarding school.
Meningkatnya kebutuhan industri
Dorongan pengembangan sekolah vokasi untuk menunjang penyediaan sumber daya manusia dunia Industri tersebut, semakin kuat menyusul semakin banyaknya industri yang masuk ke Jawa Tengah.
Segaris dengan dorongan pengembangan sekolah vokasi, semakin banyak SDM yang disiapkan, diharapkan semakin banyak industri yang masuk ke Jateng, makin banyak lapangan kerja, semakin banyak yang terserap, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Jateng.
Apalagi Pemprov Jateng mentargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen pada tahun 2023 yang salah satu upaya untuk mencapainya, yakni dengan menggenjot investasi di Jateng salah satu didukung oleh sektor industri.
Sejumlah upaya untuk penyediaan SDM berkualitas dan siap kerja, lulusan dari tiga SMK vokasi di Jateng digadang-gadang tiap tahunnya bisa langsung diserap oleh industri.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah Ratna Kawuri menyebutkan 80 persen lulusan sekolah vokasi yang dikembangkan oleh Pemprov Jateng sebagian besar terserap oleh industri.
"Tiga SMK di Jateng (berada di Kota Semarang, Kabupaten Pati, dan Kebupaten Purbalingga) yang boarding school, lebih dari 80 persen sudah diserap oleh industri dan nantinya akan semakin banyak boarding school yang akan dikembangkan pemerintah," kata Ratna.
Penyerapan tenaga-tenaga lokal lulusan sekolah menengah kejuruan atau vokasi juga telah diterapkan oleh Evercross, sebuah pabrik perakitan gadget yang berada di Kawasan Candi Bukit Semarang Baru (BSB) City, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Bahkan, tidak hanya merekrut tenaga lokal, tetapi sebagai bentuk kepedulian terhadap anak bangsa, lahirlah program device, network, application (DNA) Evercross yang menjadi wadah bagi pada guru atau pengajar sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk mendapatkan pelatihan secara intensif dan bersertifikat terkait perkembangan teknologi informasi atau information communication technology (ICT) oleh para ahlinya.
HRD Manager Evercross Purwo Handoko menyebutkan sejak dibentuk program DNA sampai sekarang setidaknya sudah ada sekitar 200 SMK yang tergabung dan telah mendapatkan pelatihan.
Pelatihan yang diterima para guru tersebut dimaksudkan dapat ditularkan kepada para siswa serta guru yang lain, sehingga diharapkan bisa menjadi getok tular atau pesan berantai yang memberikan manfaat untuk kemajuan SDM.
Selain program DNA, Evercross juga menerima program magang untuk anak-anak SMK sebanyak 60 siswa hingga 100 siswa (satu angkatan) gabungan dari berbagai sekolah selama enam bulan.
Selama enam bulan magang tersebut, Evercross mencoba memberikan pengalaman bagi siswa untuk merasakan atmosfir dunia kerja, tinggal di asrama khusus anak magang, lembur dan mendapatkan uang lembur, mendapatkan uang saku, serta makan bersama dengan para pekerja yang lain untuk lebih menemukan line budaya kerja.
"Tidak hanya bekerja, tiga kali dalam seminggu pada malam hari diberikan tambahan materi hardskill, pemberian motivasi, menggali kepercayaan diri mereka, dan lainnya," tambah Purwo.
Baca juga: Menjaga eksistensi sekolah vokasi plus mencetak SDM andal
Menyiapkan dan menjadikan SDM sebagai magnet
SDM yang handal didukung ketrampilan yang dibutuhkan, menjadi salah satu faktor yang mendorong kemajuan industri selain teknologi dan modal. Ketersediaan SDM yang handal sangat berarti bagi kemajuan industri dan semakin industri maju, maka akan semakin luas ketersediaan lapangan kerja dan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat.
Purwo Handoko mengakui kendala yang menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama adalah menyiapkan kurikulum, materi, teori, dan praktik di SMK yang belum mengikuti perkembangan industri.
"Permasalahannya lulusan S1 saja masih menyatakan sebagai SDM yang siap dilatih, baru S2 spesialis. Kalau seperti itu kan mahal. Padahal seharusnya bisa ditempuh dengan cara pendidikan vokasi yang menyesuaikan kebutuhan industri, bahkan sampai ketrampilan yang spesifik," kata Purwo.
Keinginan dari industri tersebut telah mendapat respon baik dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang akan membangun 15 SMK dengan sistem boarding school gratis dan rencana mengadopsi kurikulum sekolah vokasi dari Jerman untuk diterapkan di SMKN Jateng.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng Jumeri menjelaskan pembangunan 15 SMKN Jateng tersebut akan dilakukan secara bertahap untuk pembangunan asrama dan memanfaatkan sekolah yang sudah ada untuk dijadikan seperti SMKN Jateng yang telah ada di Semarang, Pati, dan Purbalingga.
Penyiapan SDM handal juga telah dilakukan Edukadin Jawa Tengah yang jauh hari telah bekerja sama dengan IHK Trier, semacam Kadin di Jerman untuk bersama-sama menyadarkan kepada semua pihak mengenai pentingnya magang.
Direktur Edukadin Agustina Devi mengakui masih banyak ditemui perusahaan atau industri yang memberikan pekerjaan tidak seharusnya seperti anak magang diberikan tugas memfotokopi dan tugas lain yang tidak ada nilai lebih kepada pemagang.
Menurut Agustina, ada banyak hal yang perlu diubah dalam program magang seperti perlunya pelatih atau pembibing magang, perlu ada program yang jelas selama magang, dan ada tolok ukur keberhasilan setelah magang.
Segala upaya peningkatan SDM tersebut diharapkan bisa menjawab tantangan Industri 4.0 yang menjadikan persaingan bukan hanya pada kualitas produk namun juga pada SDM yang unggul untuk meningkatkan industri padat karya.
Baca juga: Pemprov Jateng gencarkan program pendidikan vokasi
Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor:
Mugiyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024