Logo Header Antaranews Jateng

47 pengunjuk rasa di Jakarta dinyatakan reaktif saat dilakukan tes cepat

Rabu, 14 Oktober 2020 15:12 WIB
Image Print
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus di berikan keterangan kepada wartawan dalam jumpa pers di Mako Polda Metro Jaya. ANTARA/Fianda Sjofjan Rassat
Jakarta (ANTARA) - Polda Metro Jaya menemukan 47 orang  reaktif dari hasil tes cepat COVID-19 terhadap 1.377 orang yang diamankan dalam unjuk rasa UU Cipta Kerja pada Selasa (13/10). 

"Dari 1377 yang diamankan, di rapid test seluruhnya. Ada 47 yang reaktif, langsung kita isolasi di Pademangan," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus di Mako Polda Metro Jaya, Rabu.

Yusri mengatakan pada Selasa malam sebanyak 47 orang tersebut sudah dibawa untuk menjalani isolasi di Pademangan, Jakarta Utara. Pihak kepolisian juga akan melakukan tes usap terhadap 47 orang tersebut.

Baca juga: Pengunjuk rasa RUU HIP jalan tes cepat, ini hasilnya

"Tadi malam sudah kita kirim 47 yang reaktif, yang memang secara protokol kesehatan harus kita lakukan swab. Kalau negatif dipulangkan, kalau positif harus kita rawat," tambahnya.

Dia pun berharap temuan pengunjuk rasa yang reaktif ini bisa menjadi pengingat kepada masyarakat untuk tetap mengedepankan protokol kesehatan di tempat-tempat keramaian.

Lebih lanjut Yusri berharap agar tidak muncul klaster COVID-19 di tengah pengunjuk rasa yang hendak menyuarakan aspirasinya.

"Jangan sampai ini menjadi wabah kemudian membawa penyakit ke rumah atau ke teman-teman yang demo. Ini harus diantisipasi teman-teman, bahwa COVID-19 di Jakarta sudah tinggi," kata dia.

Kemudian saat polisi melakukan pendataan dan pemeriksaan terhadap para pemuda tersebut, diketahui bahwa sekitar 80 persen dari 1.377 orang diamankan pihak kepolisian masih berstatus pelajar. Sebanyak lima orang yang diamankan tersebut bahkan diketahui sebagai pelajar SD.

"Dari 1,377 ini, dievaluasi 75-80 persen adalah anak-anak sekolah. Kurang lebih 900, 800 sekian, bahkan ada lima orang anak SD yang umurnya sekitar 10 tahun," kata Yusri.

Yusri menjelaskan sebagian besar para pelajar tersebut diketahui berasal dari luar Jakarta dengan niat untuk membuat kerusuhan.

"Anak-anak ini yang memang mau melakukan kerusuhan, rata-rata anak-anak sekolah dan pengangguran yang datang dari tiga jurusan, Jawa Barat melalui Bekasi, Bogor melalui Depok, dan Banten melalui Tangerang," tuturnya.

Baca juga: Washington minta demonstran antirasisme tes COVID-19

Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024