Logo Header Antaranews Jateng

Dari pemulung hingga pengemudi ojol jadi tamu istimewa Ganjar di Hakordia

Kamis, 10 Desember 2020 05:11 WIB
Image Print
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama orang-orang jujur pada Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 2020. (ANTARA/HO-Humas Pemprov Jateng)
Semarang (ANTARA) -
Pada Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) tahun ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengundang secara resmi orang-orang yang mengedepankan kejujuran dalam setiap kehidupan ke rumah dinas gubernur.

Ada pemulung, penjual sayur dan gorengan keliling, pengemudi ojek online, karyawan swasta, serta masyarakat lainnya.

Dengan duduk lesehan dan memakai sarung di rumah dinasnya, Senin (7/12), Ganjar dengan bahagia mendengar kisah-kisah kejujuran dari warganya itu jelang peringatan Hari Antikorupsi Sedunia yang diperingati tiap 9 Desember.

Salah seorang pemulung di Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Mulyadi (45) tidak menyangka, dompet cokelat yang ditemukannya di jalanan pada 2018 lalu menjadi jalan untuk bertemu Gubernur Ganjar Pranowo.

Kepada Ganjar, Mulyadi menceritakan bahwa kisahnya terjadi pada dua tahun lalu, saat ia sedang mengais barang bekas sambil menambal jalan di Jalan Raya Solo-Semarang.

Ketika itu, dirinya menemukan dompet berwarna cokelat di jalan yang didalamnya berisi uang Rp15 juta.

"'Kulo tingali enten duite, katah Pak, lembaran abang. Akhire kulo nunggu sing duwe ning pinggir dalan nganti magrib (Saya lihat ada uangnya banyak pak, lembaran merah ratusan ribu, saya nunggu pemiliknya di pinggir jalan sampai magrib)," kata Mulyadi.

Akhirnya, lanjut dia, pemilik dompet itu datang mencari dompetnya yang terjatuh itu dan setelah bertemu pemiliknya, dompet berisi uang itu langsung dikembalikan Mulyadi.

"'Kui dudu nggone kulo, akeh sing ngomong ngopo ora digawe wae, kulo ajrih kalih Gusti Allah' (itu bukan punya saya, banyak yang bilang kenapa tidak dipakai, saya takut pada Allah)," ujarnya.

Mulyadi yakin bahwa uang yang ditemukannya itu pasti ada pemiliknya sehingga dirinya tidak berkeinginan memiliki, karena merasa bukan haknya.

Selain itu, Mulyadu berpikir kemungkinan si pemilik uang itu akan menggunakannya untuk keperluan mendesak.

"'Alhamdulillah Gusti Allah mbales, kulo sekeluarga sehat, rezeki lancar, kulo ditulungi wong akeh (saya dan keluarga selalu diberikan kesehatan, saya ditolong orang banyak)," katanya.

Kisah kejujuran lain disampaikan Tan Le Hok Fuk atau Kakek Afuk (50), pemulung asal Kota Surakarta ini nekat bersepeda Solo-Pasuruan hanya demi mengembalikan dompet kepada pemiliknya.

Kepada Ganjar, Kakek Afuk menceritakan awalnya sedang mencari barang rongsok di jalanan dan menemukan dompet berisi STNK serta KTP yang menunjukkan bahwa pemiliknya ada di Pasuruan, Jawa Timur.

"Dalam hati saya seperti ada yang membisiki, 'kui balekno, dudu nggonmu' (itu dikembalikan, bukan milikmu). Lalu, saya berniat mengembalikan," ujarnya.

Kakek Afuk bahkan rela menjual ponsel miliknya untuk memperbaiki sepeda dan ongkos ke Pasuruan hingga akhirnya dompet itu bisa ia kembalikan ke pemiliknya.

Ganjar juga mendengarkan kisah Widiyanti (33), penjual sayur dan gorengan keliling asal Kabupaten Kebumen.

Saat berjualan, Widiyanti menemukan kantong plastik jatuh di jalan dan ternyata berisi uang sehingga dirinya langsung berusaha mengejar pemiliknya yang mengendarai sepeda motor, meskipun akhirnya tidak bisa karena dirinya yang hanya bersepeda.

"Akhirnya saya berikan uang itu ke polisi. Setelah itu 'diposting' di medsos dan orangnya mengambil. Lega saja rasanya, bisa mengembalikan. Saya tahu dia itu penjual ayam, sebagai sama-sama pedagang, saya tahu rasanya cari uang itu susah," katanya.

Meski sebenarnya ia ingin memiliki ponsel dan banyak orang yang menyalahkan kenapa uang itu dikembalikan, namun Widiyanti merasa lega bisa berbuat seperti itu.

"Lega saja rasanya, lagian saya juga takut nemu uang sebanyak itu, mau dipakai itu bukan hak saya. Takut sama Allah," ujarnya.

Selain tiga kisah itu, ada juga kisah pengemudi ojek online bernama Dian Ramadhan asal Purwokerto yang mengembalikan uang kelebihan pembayaran Rp100.000, penghulu asal Klaten bernama Abdurrahman M Bakri yang tidak pernah mau menerima amplop berisi uang dari oengantin yang dinikahkannya.

Kemudian, Ernita Sihono yang lupa membayar pesanan ojek online dan mencari pengemudi sampai bertemu, serta kisah Muhsono dan Nur Azizah asal Kabupaten Wonosobo yang mengembalikan ponsel serta dompet kepada pemiliknya.

Kepada orang-orang jujur itu, Ganjar memberikan piagam penghargaan sebagai Tokoh Teladan Kejujuran Jawa Tengah.
Piagam bertuliskan kalimat "Balekake Yen Dudu Duweke" utu ditandatangani langsung oleh orang nomor satu di Jawa Tengah itu.

"Saya itu mendengar kabar, ada cerita-cerita hebat dari masyarakat kecil yang menginspirasi, maka saya ingin mendengar langsung dan mengundang mereka. Banyak cerita bagus tentang kejujuran dan integritas. Saya bangga, nilai-nilai seperti inilah yang ingin kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari sampai pada masyarakat tingkat bawah," katanya.

Ganjar meyakini masih banyak orang baik di Jawa Tengah dan di Indonesia dan dari cerita orang-orang jujur yang dipanggilnya itu, dirinya mendengar bahwa mereka juga terinspirasi dari orang lain, ada dari orang tuanya, pemuka agama, dan lainnya.

"Ada banyak orang yang melakukan seperti ini, saya meyakini itu, maka saya berharap berikanlah cerita-cerita kebaikan dan kejujuran pada dunia. Kepada orang-orang baik di luar sana, saya memberikan hormat setinggi-tingginya pada mereka, dan mari kita meniru," ujar Ganjar.


Pewarta :
Editor: Mugiyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024