Logo Header Antaranews Jateng

Pengelola desa wisata perlu terapkan CHSE

Rabu, 30 Desember 2020 19:59 WIB
Image Print
Pengamat Pariwisata Unsoed Chusmeru (ANTARA - Wuryanti PS)
Untuk menambah lama tinggal wisatawan di desa, maka perlu disediakan 'homestay' atau penginapan yang dikelola oleh masyarakat
Purwokerto (ANTARA) - Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru mengatakan pengelola desa wisata perlu mengintensifkan penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) guna meningkatkan pelayanan bagi wisatawan.

"Pengelola desa wisata tetap perlu menerapkan standar protokol kesehatan CHSE yaitu kebersihan, kesehatan, keselamatan dan lingkungan yang berkelanjutan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.

Dia mengatakan desa wisata memiliki potensi untuk menjadi destinasi yang akan disukai wisatawan terutama di tengah situasi pandemi COVID-19, karena biasanya memiliki area yang cukup luas, lingkungan yang hijau, serta udara yang sejuk dan segar.

Kendati demikian pengelola desa wisata tetap perlu memperhatikan standar protokol kesehatan berbasis CHSE tambahnya,  karena wisatawan biasanya akan memilih destinasi wisata yang aman dan nyaman, dimana tuan rumahnya telah menerapkan CHSE dengan baik.

"Di tengah pandemi, termasuk juga jika nantinya pandemi telah berakhir desa wisata akan menjadi destinasi favorit," katanya.

Oleh sebab itulah, kata dia, desa wisata harus mengintensifkan penerapan protokol kesehatan secara ketat dan menghindari terjadinya kerumunan di objek wisata yang dimilikinya.

Baca juga: Objek wisata yang penuhi protokol CHSE dapat sertifikat

Namun demikian selain penerapan CHSE, kata dia, ada beberapa upaya yang perlu dilakukan oleh desa wisata untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata .

"Misalkan aksesibilitas menuju desa wisata menjadi hal penting untuk diperhatikan. Banyak desa wisata yang memiliki potensi wisata yang baik, tetapi sulit terjangkau oleh wisatawan karena infrastruktur jalan yang kurang baik," katanya.

Desa wisata, kata dia, harus mudah untuk diakses, baik oleh kendaraan pribadi maupun juga transportasi umum.

"Amenitas juga menjadi faktor penting dalam membangkitkan desa wisata. Untuk menambah lama tinggal wisatawan di desa, maka perlu disediakan 'homestay' atau penginapan yang dikelola oleh masyarakat. Keberadaan kios cinderamata juga diperlukan untuk menambah kenangan bagi wisatawan serta untuk menghidupkan perajin industri kecil dan UMKM di desa," katanya.

Selain itu, kata dia, perlu juga penyediaan lahan parkir yang memadai untuk memberikan rasa nyaman bagi wisatawan.
Dia mengatakan penerapan protokol kesehatan harus dilembagakan oleh pemerintah pusat dan daerah, antara lain dengan membentuk satuan tugas CHSE di masing-masing daerah.

"Bila CHSE sudah terlembaga maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengidentifikasi pasar wisata mengingat beberapa destinasi wisata di daerah dikhawatirkan kehilangan pasar wisatanya selama pandemi COVID-19," katanya.

Baca juga: Pengelola Owabong Purbalingga terapkan protokol kesehatan berbasis CHSE
Baca juga: Pengamat ingatkan pentingnya sertifikasi CHSE bagi industri pariwisata
Baca juga: Kemenparekraf dorong pelaku wisata terapkan protokol CHSE


Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024