Logo Header Antaranews Jateng

Wali Kota Magelang dorong guru kembangkan keteladanan

Rabu, 1 Desember 2021 08:43 WIB
Image Print
Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz memimpin upacara peringatan ke-27 Hari Guru Nasional dan HUT Ke-76 PGRI tingkat Kota Magelang, di Stadion Moch Soebroto Gelora Sanden, Selasa (30/11/2021). ANTARA/HO-Bagian Prokompim Pemkot Magelang
Magelang (ANTARA) - Wali Kota Magelang Muchammad Nur Aziz mendorong para guru di daerah ini mengembangkan keteladanan diri sebagai bagian dari pendidikan kepada para muridnya agar mampu menggali potensi dan berintegritas tinggi.

"Kehormatan guru bukan karena naik mobil yang hebat, rumah yang indah, tapi perilaku mendidik anak-anaknya, sehingga menjadi anak yang punya potensi dan integritas tinggi," katanya dalam keterangan tertulis diterima di Magelang, Rabu.

Meskipun pada era sekarang banyak tantangan dihadapi para guru dalam mengemban amanah mendidik generasi muda, kata dia, mereka tetap harus memiliki tanggung jawab untuk membangun kepribadian yang terhormat.

Ia mengatakan bangsa membutuhkan guru yang mendidik murid-murid, sehingga menjadi sosok yang memiliki harga diri, jujur, dan amanah.

"Bangsa ini membutuhkan guru yang mendidik muridnya menjadi orang yang punya harga diri, kejujuran, dan amanah," katanya pada peringatan ke-27 Hari Guru Nasional dan HUT Ke-76 PGRI tingkat Kota Magelang, di Stadion Moch Soebroto Gelora Sanden, Kota Magelang, Selasa (30/11).

Pada kesempatan ini diserahkan penghargaan beberapa kejuaraan, di antaranya medali emas Gurulimpyc Nasional untuk Hendrawan Eko Nugroho (SMP Negeri 9 Kota Magelang) dan Nico Bramantyo (SMP IT Magelang).

Selain itu, diserahkan hadiah bagi pemenang lomba PGRI tingkat wilayah eks-Karesidenan Kedu untuk lomba vokal dan tenis meja, serta bantuan sosial bagi penjaga sekolah.

Di hadapan para guru dalam peringatan bertema "Bangkit Guruku, Maju Negeriku, Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh" itu, Wali Kota Nur Aziz juga bercerita tentang masa kecilnya ketika bersekolah di daerah tersebut sejak SD hingga SMA.

"Saya kadang kala deg-degan karena seperti kecil di hadapan 'panjengan' (Anda) semua. Saya ingat dulu kalau upacara harus tepat waktu, kalau tidak saya harus menunggu di luar," katanya pula.

Dia juga mengaku sering diajak ke sekolah oleh ibunya yang juga guru di SD A Yani Kota Magelang.

"Saya juga anak guru SD. Saya 'inget' (teringat) ibu kalau mengajar bawa saya. Saya lihat perjuangannya tidak gampang, saya anak ragil dari tujuh bersaudara. Dahulu guru sangat dihormati," katanya lagi.

Pewarta :
Editor: Mugiyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024