Logo Header Antaranews Jateng

71 lukisan karya Klowor Waldiyono dipamerkan di Purbalingga

Minggu, 20 Februari 2022 06:00 WIB
Image Print
Pelukis Klowor Waldiyono menunjukkan salah satu karya lukisannya yang dipamerkan dalam Pamerah Tunggal "Naluri" yang dirangkaikan dengan Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2022 di Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Sabtu (19/2/2022). ANTARA/Sumarwoto
Saya memang cinta alam, objek-objek saya banyak sekali yang landscape,
Purbalingga (ANTARA) - Sebanyak 71 lukisan karya pelukis asal Yogyakarta Klowor Waldiyono dipamerkan di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, pada 19 Februari-19 Maret 2022, dalam rangkaian kegiatan Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2022 yang diselenggarakan oleh Kie Art Project.

Pameran tunggal bertajuk "Naluri" yang digelar di Galeri Kie Art Cartoon School, Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, itu dibuka mulai Sabtu siang yang diawali dengan pergelaran wayang kartun, dimainkan oleh pemuda seni Kie Art.

Pergelaran wayang kartun tersebut mengisahkan tentang perjalanan hidup Klowor Waldiyono yang telah mencintai seni lukis sejak kecil, sehingga ibundanya yang merupakan seorang pedagang berpesan agar anaknya menjadi seorang pelukis yang bermartabat.

Pembukaan pameran tersebut juga diisi dengan pembacaan 12 puisi yang merupakan narasi dari lukisan-lukisan Klowor Waldiyono yang diciptakan di 12 lokasi berbeda.

Narasi lukisan-lukisan tersebut menggunakan berbagai bahasa daerah yang ada di Indonesia seperti Jawa Alus, Banyumasan, Bali, Dawan, Batak, Makassar, Minang dan Dayak.

Terkait dengan 71 lukisan yang ditampilkan dalam pameran, Klowor Waldiyono mengakui jika lukisan tersebut banyak yang menggambarkan tentang alam.

"Saya memang cinta alam, objek-objek saya banyak sekali yang landscape, seperti yang gede ini, kepedulian lingkungan awalnya. Terus, tema-tema lukisan yang saya pamerkan ini dengan media yang sederhana, pastel dan kertas," katanya, sembari menunjukkan salah satu dari beberapa lukisan bertema "Puncak Bukit Ngisis Kulon Progo".

Menurut dia, media sederhana itu digunakan untuk menyiasati waktu dan suasana hati serta kebutuhan jiwanya, karena momentum melukis objek tersebut harus cepat selesai, sehingga tidak membutuhkan cat, tinta dan sebagainya.

Ia mengatakan secara kebetulan lokasi-lokasi yang menjadi objek lukisan banyak pemandangannya, karena karya tersebut dibuat berbarengan dengan saat ramai-ramainya masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

"Di saat orang banyak berada di rumah, saya justru terapi ke gunung-gunung, karena itu jelas sehat, alam yang sehat, yang bersih menurut saya. Saya di situ berkarya asyik, ya sudah, habis itu pulang," kata dia yang dikenal dengan sebutan "Pelukis Kucing".

Ia mengakui jika Presiden Joko Widodo telah meminta masyarakat untuk disiplin melaksanakan PPKM sebagai upaya mencegah penularan COVID-19.

Akan tetapi, kata dia, kebutuhan jiwanya sebagai seorang pelukis juga harus terpenuhi.

Oleh karena itu, dia tetap terus berkarya dengan mendatangi daerah pegunungan sambil menikmati keindahan alam.

"Satu lukisan dapat saya selesaikan dalam hitungan menit karena ini kebutuhan jiwa untuk berekspresi, melatih intuisi, melatih insting. Jadi tidak bisa dengan berlama-lama, kalau lama mungkin tidak jadi," kata pria kelahiran Tahun 1968 itu.

Salah seorang pendiri Kie Art, Gita Yohanna Thomdean mengatakan Pameran Tunggal "Naluri" Karya Klowor Waldiyono itu sengaja digelar berbarengan dengan Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2022, yang diperingati setiap Tanggal 21 Februari.

"Jadi, kalau Februari itu kan kadang yang diangkat Valentine dan lain-lain. Ada satu hari yang sebenarnya mengingatkan kita akan kekayaan budaya Indonesia di mana Indonesia itu adalah negara dengan bahasa paling banyak kedua sedunia, tetapi mirisnya hampir 40 bahasanya itu sudah punah," katanya.

Oleh karena itu, dengan adanya pelukis Klowor Waldiyono yang sama-sama ingin mengedukasi generasi muda, kata dia, pihaknya menampilkan 34 bahasa untuk membuka pergelaran Pameran Tunggal "Naluri" dan narasi lukisannya pun menggunakan bahasa daerah.

Menurut dia, hal itu bertujuan untuk mengedukasi orang-orang, khususnya generasi muda, untuk tidak malu menggunakan bahasa daerahnya.

"Padahal bahasa daerah merupakan kebanggaan dan kekayaan nasional yang kadang orang tidak memberikan perhatian ke situ. Harusnya menjadi sesuatu yang dijaga," katanya.

Pewarta :
Editor: Sumarwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024