Logo Header Antaranews Jateng

BPBD Boyolali sosialisasi siaga hujan ekstrem

Senin, 10 Oktober 2022 18:07 WIB
Image Print
Kepala BPBD Kabupaten Boyolali Widodo Munir saat memberikan keterangan di kantor BPBD Boyolali, Senin (10/10/2022). ANTARA/Bambang Dwi Marwoto
Boyolali (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, gencar melakukan sosialisasi kesiapsiagaan bencana alam dalam menghadapi musim hujan ekstrem di wilayah itu.

"BPBD dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana diakibatkan musim hujan ekstrem terus sosialisasi dan imbauan baik kepada masyarakat maupun organisasi perangkat daerah (OPD) terkait di Boyolali," kata Kepala BPBD Kabupaten Boyolali Widodo Munir di Boyolali, Senin.

BPBD telah meminta kepada OPD Lingkungan Hidup untuk mengidentifikasi pohon-pohon yang ada di pinggir jalan untuk dicek, di mana jika ada tanaman yang rawan terjadi bencana angin kencang untuk dipotong.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) juga diminta untuk mengidentifikasi fasilitas umum, misal gedung sekolah, terminal, dan bangunan lain yang berpotensi roboh agar bisa disiagakan langkah-langkah pencegahan untuk menghindari jika robohnya tidak sampai menimpa orang.

Bahkan, para camat diminta untuk menyiapkan gergaji mesin bantuan dari BPBD untuk bekerja sama dengan relawan atau masyarakat yang memiliki kemampuan mengoperasikan, sehingga jika ada pohon tumbang segera dapat diatasi.

Baca juga: Banyumas tingkatkan mitigasi dampak bencana hidrometeorologi

Dinas Pekerjaan Umum (DPU) khususnya dan masyarakat untuk mengecek jika ada gerusan tanah di talut jembatan agar bisa dilakukan langkah-langkah meminimalisir adanya gerusan jika terjadi derasnya air hujan sehingga tidak menyebabkan jembatan ambrol.

Masyarakat juga diminta tetap waspada untuk mengidentifikasi lingkungannya karena curah hujan saat ini sudah tinggi. Khususnya bagi masyarakat di pegunungan baik kawasan lereng Merapi dan Merbabu Kecamatan Selo, Cepogo, dan Musuk serta Boyolali daerah utara, yang rumahnya dekat tebing-tebing agar lebih waspada.

"Apabila terjadi tanah longsor tidak menimpa masyarakat sekitar. Jadi, misal masyarakat tidur jangan di bawah tebing yang berpotensi terjadi tanah longsor," katanya.

Apabila terjadi hujan sangat lebat sehingga jarak pandang sekitar 30-50 meter dan berlangsung lama, masyarakat supaya menyiapkan diri ada kemungkinan terjadi potensi banjir. Namun, mudah-mudah tidak terjadi di Boyolali karena curah hujan sesuai ramalan cuaca dalam kondisi normal.

Baca juga: GeoDipa gandeng BPBD Banjarnegara tingkatkan kesiagaan warga hadapi bencana

Meskipun Boyolali sedang musim hujan, kepada masyarakat yang ada di kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Merapi khusus Desa Tlogolele dan Klakah Selo Boyolali diminta untuk aktif mengikuti informasi terkait dengan perkembangan Gunung Merapi karena statusnya masih siaga III.

"Masyarakat jika sewaktu-waktu diminta untuk evakuasi secara mandiri masyarakat di Tlogolele dan Klakah sudah siap. Hal ini, terkait dengan pengurangan resiko bencana erupsi, tetapi mudah-mudah tidak terjadi lagi," katanya.

BPBD mengimbau masyarakat dalam memasuki musim hujan ekstrem saat ini, bisa mengelola dan menempatkan sampah dengan baik. Karena, sebagian bencana banjir di Boyolali kebanyakan disebabkan terjadi sumbatan sampah di selokan sehingga terjadi hujan air meluap di jalan.

Ia mencontohkan, genangan di lingkungan perumahan di Dukuh Banyudono terjadi karena limpahan sampah yang menyumbat saluran air di barat Alun-Alun Pengging hingga meluap menggenangi rumah warga. 

Baca juga: BMKG: Jawa Tengah bagian selatan sudah masuki masa pancaroba
Baca juga: Akademisi Unsoed: Masyarakat harus dukung program memperkuat mitigasi bencana


Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025