Logo Header Antaranews Jateng

BI Jateng: Inflasi Mei 2023 turun jadi 0,22 persen

Jumat, 16 Juni 2023 08:50 WIB
Image Print
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) Rahmat Dwisaputra. ANTARA/Zuhdiar Laeis
Semarang (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mencatat bahwa inflasi di provinsi ini pada Mei 2023 mengalami penurunan menjadi 0,22 persen dari April 2023 tercatat sebesar 0,28 persen.

Kepala Perwakilan BI Jateng Rahmat Dwisaputra, di Semarang, Kamis, menyebutkan inflasi Mei 2023 menurun pascaperiode "festive season" Idul Fitri 1444 Hijriah berakhir, yakni 0,22 persen (mtm-month to month) dan 4,02 persen (yoy-year on year).

Pada periode laporan, kata dia, beberapa komoditas pangan tercatat masih meningkat pascaperiode "festive season" Lebaran berakhir, seperti telur ayam ras, bawang merah, dan daging ayam ras.

Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi beberapa tarif moda transportasi, seperti angkutan antarkota, tarif kendaraan roda empat "online", dan tarif kereta api.

"Penurunan tersebut berlangsung seiring dengan normalisasi permintaan masyarakat pascaperiode mudik Lebaran," katanya pula.

Rahmat menyebutkan bahwa kelompok barang dan jasa makanan, minuman, dan tembakau memiliki bobot inflasi terbesar, yakni 24,19 persen.

Menurut dia, BI meyakini inflasi inti tetap terkendali di sisa tahun ini, dan inflasi dapat segera kembali ke dalam kisaran sasaran 3,0 plus minus 1 persen.

Secara nasional, kata dia lagi, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2023 secara bulanan tercatat 0,09 persen (mtm), sehingga secara tahunan menurun dari 4,33 persen (yoy) pada April 2023 menjadi 4,00 persen (yoy).

"Kenapa tahun lalu meningkat? Tentu karena pandemi (COVID-19) 2020, 2021, dan kemudian 2022 sudah mulai menurun. BI berkomitmen menurunkan kembali inflasi ke tren target 3 persen plus minus 1 persen," katanya pula.

Dari gambaran yang ada, kata dia, inflasi pada Mei lalu memang menurun yang diakibatkan secara global inflasi mengalami tekanan turun, namun hanya terjadi di negara berkembang.

"Di negara 'advance economy', inflasi menunjukkan arahnya sudah menurun ya, tapi agak lambat, seperti di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa," ujar Rahmat.


Baca juga: QRIS di Jateng tambah 776.900 pengguna

Pewarta :
Editor: Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2025