Logo Header Antaranews Jateng

KUD Mino Saroyo: Nelayan Cilacap memasuki masa panen ikan

Senin, 3 Juli 2023 15:52 WIB
Image Print
Arsip foto - Dua orang nelayan merapikan jaring di Pantai Teluk Penyu, Cilacap, usai menangkap ikan di laut selatan Pulau Jawa. ANTARA/Sumarwoto
Cilacap (ANTARA) - Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo  Cilacap Untung Jayanto mengatakan nelayan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, telah memasuki masa panen ikan seiring dengan datangnya musim angin timuran.

"Hasil tangkapan nelayan, alhamdulillah meningkat cukup tajam, cuma untuk transaksi pelelangan ikan selama bulan Juni dari delapan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang kami kelola belum terekap semua," kata Untung Jayanto di Cilacap, Senin.

Kendati demikian, dia memperkirakan nilai transaksi pelelangan ikan selama bulan Juni mencapai kisaran Rp12 miliar atau meningkat dua kali lipat dari transaksi pada bulan Mei yang sebesar Rp6 miliar.

Ia mengakui saat ini berbagai jenis ikan dan udang telah bermunculan di laut selatan Pulau Jawa.

"Seperti udang juga sudah mulai keluar, udang rebon juga keluar, sudah hampir merata. Nelayan kecil pun hasilnya sudah mulai cukup bagus," jelasnya.

Terkait dengan harga jual ikan dan udang hasil tangkapan nelayan, Untung mengatakan berdasarkan pantauan, harganya relatif normal sesuai standar meskipun ada beberapa yang tergolong bagus.



Menurut dia, harga udang rebon sempat mencapai Rp80.000 per kilogram meskipun hanya berlangsung selama setengah bulan dan selanjutnya kembali normal di kisaran Rp30.000-Rp40.000/kg.

Ia mengatakan lonjakan harga udang rebon itu terjadi karena ada beberapa perusahaan yang mencoba ekspor komoditas tersebut dengan cara dibekukan, bukan dioven seperti biasanya.

"Metode ini baru dicoba, sehingga nantinya kalau sukses, mungkin akan berjalan lagi dan harga udang rebon bisa naik lagi, karena biaya produksinya tidak terlalu tinggi," katanya.

Jika udang rebon yang akan diekspor itu dibekukan, kata dia, biaya produksinya bisa ditekan, sehingga eksportir dapat mengalihkan sebagian biaya produksi untuk membeli udang rebon dengan harga tinggi.

Akan tetapi jika dioven, lanjut dia, pihak eksportir membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi di antaranya untuk bahan bakar dan pemisahan.

"Kalau dibekukan 'kan enggak, karena dari TPI langsung ditaruh ke peralatan kemudian dibekukan, dan langsung kirim," jelasnya.

Lebih lanjut, Untung memperkirakan puncak masa panen ikan akan berlangsung seperti tahun-tahun sebelumnya, yakni pada bulan Agustus hingga Oktober.

Ia optimistis hujan yang masih sering terjadi dalam beberapa waktu terakhir tidak akan mempengaruhi hasil tangkapan nelayan selama musim angin timurannya tetap stabil.

"Apalagi hujannya tidak terus-terusan. Kadang hujan, terus cerah, enggak banyak hujan," katanya.

Terkait dengan prognosa transaksi pelelangan ikan selama tahun 2023, dia mengatakan hal itu diproyeksikan bisa mencapai Rp100 miliar.

"Mudah-mudahan sampai bulan Juni sudah mencapai di atas Rp30 miliar," tegasnya. 


Baca juga: Pemkot Pekalongan intensifkan kampanye Gemarikan guna cegah stunting

Pewarta :
Editor: Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024