Logo Header Antaranews Jateng

Pemkab Klaten akan salurkan 5.000 dosis vaksin antraks

Kamis, 13 Juli 2023 16:39 WIB
Image Print
Ilustrasi - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau pemberian vaksinasi antraks di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, beberapa hari lalu. ANTARA/Aris Wasita
Klaten (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, akan menyalurkan sebanyak 5.000 dosis vaksin antraks ke sejumlah daerah khususnya yang berisiko tinggi.
 
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Klaten Widiyanti di Klaten, Kamis mengatakan pelaksanaan vaksinasi akan dilakukan selama dua, yakni tanggal 17 dan 18 Juli.
 
"Kami mulai di daerah yang berisiko tinggi, yang berbatasan dengan Gunungkidul. Sebelumnya, hari Jumat akan kami lakukan sosialisasi, komunikasi, informasi, dan edukasi terkait antraks dan pengendaliannya," katanya.
 
Terkait hal itu, pihaknya akan mengundang camat, kelompok peternak, dan penjual hewan ternak dari daerah yang berisiko tinggi. Beberapa daerah tersebut, di antaranya Cawas, Karangdowo, Wedi, Gantiwarno, dan Bayat.
 
"Itu kan yang berbatasan dengan Gunungkidul. Vaksinasi harus mulai dari daerah berisiko tinggi dulu, baru kemudian meluas. Yang jelas adalah sapi milik petani peternak," katanya.
 
Ia mengatakan syarat untuk bisa menerima vaksinasi yakni hewan ternak harus dalam kondisi sehat.
 
"Bisa sapi, kambing, kuda. Baru kemudian kami lakukan vaksinasi. Untuk antraks ini kami vaksinasi dua kali. Pertama bulan Juli, enam bulan kemudian dilakukan vaksinasi ulang," katanya.
 
Ia mengatakan setelah dilakukan pendataan ada sebanyak 1.315 hewan yang ada di daerah berisiko tinggi.
 
"Sambil kami melacak kira-kira (keberadaan, Red.) ternak kecil dan daerah berikutnya. Jadi kami yang berisiko tinggi dulu," katanya.
 
Ia mengatakan sejauh ini belum ada temuan kasus antraks di Kabupaten Klaten.
 
"Semoga tidak ada karena itu risikonya selain nilai ekonomi ternak sangat jatuh, kan sifatnya zoonosis. Spora berkembang di tubuh ternak dan itu bisa menular ke manusia. Antraks kalau kena kulit luka bisa kena antraks pada kulit. Kalau spora terhirup bisa menyebabkan antraks di saluran pernapasan. Kalau masuk dalam tubuh, terkontaminasi pada makanan bisa terjadi antraks pada pencernaan kita," katanya.
 
Melihat berbahayanya risiko yang ditimbulkan, pihaknya terus melakukan sosialisasi. "Kami memberikan gambaran, motivasi, ke masyarakat agar bisa diperluas ke yang lain. Jangan menyepelekan, harus waspada dan hati-hati," katanya.


Pewarta :
Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024