Lomba nasi goreng Semarang, ini penjelasan Mbak Ita
Jumat, 4 Agustus 2023 22:20 WIB
Lomba nasi goreng yang digelar menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-78 Kemerdekaan RI dimulai dengan seleksi secara berjenjang, mulai tingkat rukun tetangga (RT) dan juara dari 177 kelurahan maju tingkat kota.
"Saya akan menyampaikan filosofi kenapa tim PKK melakukan kegiatan lomba nasi goreng," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, saat menghadiri lomba masak nasi goreng di Srondol Wetan, Kecamatan Banyumanik, Semarang, Jumat.
Pertama, kata dia, nasi goreng adalah menu yang sangat universal dan sudah dikenal masyarakat secara luas. Bahkan, nasi goreng pun sudah terkenal hingga ke luar negeri sebagai masakan khas nusantara.
Kedua, Ita ingin menggerakkan kalangan ibu-ibu untuk kembali memasak di dapur, sebab sekarang ini mulai banyak yang melupakan pentingnya memasak, apalagi dengan mudahnya memesan lewat aplikasi "online".
"Ketiga, nasi goreng ini ketentuannya 'Isi Piringku' (pedoman makanan dari Kementerian Kesehatan). Bahwa dalam masakan nasi goreng sudah terpenuhi semua komposisi gizinya," katanya.
Ia mencontohkan kandungan karbohidrat yang diperoleh lewat nasi yang sebenarnya tidak harus memakai nasi putih, tetapi bisa diganti juga dengan nasi merah, nasi porang, dan lainnya.
"Protein (hewani) bisa dari ikan, telur, daging ayam, daging sapi. Kemudian, protein nabati dari minyaknya. Vitamin ada dari sayuran, kan di dalamnya ada tomat, cabai, ditambah buah-buahan," katanya.
Artinya, kata perempuan pertama yang menjadi Wali Kota Semarang tersebut, di dalam satu piring nasi goreng sebenarnya sudah memiliki banyak manfaat kesehatan bagi masyarakat.
"(Filosofi) Keempat, memanfaatkan 'urban farming' yang sudah digerakkan di Kota Semarang. Ibu-ibu di rumah kan sudha punya tanaman seledri, selada, daun bawang, tomat, dan cabai, bisa dimanfaatkan," katanya.
Tak lupa, ia mengapresiasi kalangan ibu-ibu yang sudah sedemikian antusias dan bersemangat dalam mengikuti lomba memasak nasi goreng tersebut, sebab peran ibu-ibu sangat besar dengan memasak.
"Maturnurun ibu-ibu semua semangat memasaknya, semangat bagaimana menjadi ibu yang diperlukan. Untuk apa? Mengendalikan inflasi, menjaga ketahanan pangan, mencegah stunting, dan menurunkan angka kemiskinan," demikian Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor:
Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024