Logo Header Antaranews Jateng

Permintaan seragam sekolah tahun ajaran baru di Boyolali mulai terasa

Minggu, 30 Juni 2024 06:13 WIB
Image Print
Pedagang sedang menunggu pembeli di salah satu toko seragam sekolah di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (29/6/2024). ANTARA/Aris Wasita
Boyolali (ANTARA) - Permintaan masyarakat terhadap seragam sekolah jelang tahun ajaran baru di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mulai terasa. 

Pemilik Toko Kedai Pramuka Yati di Boyolali, Jawa Tengah, Minggu mengatakan saat ini sudah ada permintaan 2-3 seragam/harinya.

Meski demikian, biasanya masih banyak konsumen yang menunggu kebijakan sekolah sebelum membeli seragam. 

"Biasanya nunggu apakah ada ketentuan baru, termasuk saya mau stok terlalu banyak juga nggak berani," katanya. 

Ia mengatakan kebanyakan konsumen yang membeli kali ini hanya mengganti seragam yang sudah usang. 

Sementara itu, diakuinya, penjualan seragam sekolah sejak beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Ia mengatakan kondisi tersebut tidak hanya terjadi di tokonya tetapi juga beberapa toko lain. 

Menurut dia, penurunan permintaan seragam di toko karena kebanyakan para konsumen lebih memilih membeli secara online atau daring. 

"Kami kalah dengan yang menerima pesanan kemudian diantar langsung ke rumah konsumen. Jadi konsumen nggak perlu ke mana-mana," katanya. 

Bahkan, dulu ia mengaku sering menerima pesanan dalam partai besar dari sekolah-sekolah. Meski mengalami penurunan permintaan, dikatakannya, harga seragam sekolah yang dijualnya tidak ada kenaikan. 

Ia menjual seragam untuk sekolah dasar, sekolah menengah pertama, hingga sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuruan. Untuk harganya dijual mulai dari Rp100.000-Rp175.000. 

"Tergantung kualitas kainnya. Kalau mau yang bagus harganya Rp175.000," katanya. 

Pedagang seragam di pasar Suryani mengatakan hal yang sama. Menurut dia, saat ini penjualan seragam di pasar sudah kalah dengan toko daring. 

"Dulu kalau pas mulai liburan sekolah sudah berani stok banyak karena permintaan juga pasti banyak. Kalau sekarang saya nggak berani stok banyak-banyak, tapi ini tetap ada yang beli satu dua orang," katanya. 

Ia mengatakan penurunan permintaan sudah terjadi sejak lima tahun terakhir. Kebanyakan yang membeli saat ini orang tua siswa SD.

"Biasanya yang beli orang tua yang anaknya masih SD. Kalau yang SMP dan SMA jarang sekali yang cari, tapi saya tetap punya stoknya," katanya.

Pewarta :
Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024