Logo Header Antaranews Jateng

Kopi Temanggung yang makin semerbak dan mewangi

Kamis, 15 Agustus 2024 07:53 WIB
Image Print
Kopi merah Temanggung siap panen. ANTARA/Heru Suyitno
Temanggung (ANTARA) - Kopi menjadi salah satu komoditas unggulan yang dihasilkan kalangan petani di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, selain tanaman tembakau.

Pada panen kopi tahun ini para petani benar-benar bisa menikmati kenaikan harga yang cukup tinggi dibandingkan pada tahun lalu. Bagi petani, kopi pada tahun ini benar-benar menebar aroma wangi.

Melambungnya harga kopi tahun ini sungguh di luar dugaan karena memang baru kali pertama para petani menikmati harga kopi yang tinggi.

Harga kopi jenis robusta, misalnya, pada tahun ini di Temanggung sempat melambung hingga Rp70.000--Rp75.000 per kilogram, padahal pada tahun lalu masih sekitar Rp30.000/kg.

Meskipun saat ini harga kopi sedikit turun menjadi Rp58.000 sampai Rp60.000 per kilogram, harga tersebut masih jauh lebih tinggi dibanding harga pada tahun-tahun sebelumnya. Penurunan ini kemungkinan sedang menuju keseimbangan harga yang baru.

Akan tetapi, yang jelas petani kopi pada tahun ini para petani dan mata rantai yang terlibat di dalamnya sedang menikmati harum aroma kopi. Bisnis kopi memang tidak hanya memberi keuntungan satu pihak. Dalam mata rantai itu, selain petani, ada produsen, pedagang besar, hingga pengecer. Semua lini ini mendapatkan tetesan kenikmatan yang ditebar kopi. Monokultur

Luas areal tanaman kopi di Kabupaten Temanggung untuk jenis robusta sekitar 12.000 hektare, sedangkan arabika seluas 1.500 hektare.

Perkebunan kopi di Temanggung belum monokultur penuh karena di dalam perkebunan kopi masih ada tanaman lain. Idealnya, kalau monokultur penuh, satu hektare bisa ditanami 1.200 sampai 1.400 pohon.

Rata-rata kebun di Temanggung dalam 1 hektare baru terisi sekitar 800 sampai 1.000 pohon kopi.

Salah satu upaya untuk memaksimalkan areal kebun, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Peternakan (DKPPP) Kabupaten Temanggung lebih banyak memberikan bantuan bibit untuk merapatkan populasi.

Dalam 3 tahun terakhir ini, DKPPP Kabupaten Temanggung memberikan bantuan 600.000 bibit sekaligus untuk mendorong peremajaan supaya tidak terlambat.

Di tengah harga kopi tinggi tersebut, para petani untuk tetap menerapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam mengolah kopi.

"Kalau harga kopi terus naik dikhawatirkan mutu malah jadi turun karena diolah baik atau kurang baik tetap untung, sehingga yang kami lakukan selalu mengingatkan berapa pun harganya, SOP pengolahan tetap dilakukan," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kabupaten Temanggung Joko Budi Nuryanto.

Pemanenan kopi sesuai standar tetap harus dilakukan, misalnya, petik merah wajib dilakukan petani.

Kalau harga Rp70.000 per kilogram itu yang petik merah, namun ada yang menawar yang masih hijau dengan Rp60.000 per kilogram. Petani diingatkan tidak tergoda dengan tawaran seperti itu karena akan menurunkan mutu.

"Kalau mutu sudah turun, nanti pasar akan 'omong' kopi Temanggung jelek. Padahal, membangkitkan kembali citra itu paling susah sehingga kami sekarang juga kampanye untuk urusan meningkatkan produksi agak dikurangi, tetapi lebih banyak mempertahankan mutu karena harganya seperti ini," katanya.

Oleh karena itu, dalam pemrosesan, pihaknya melakukan pendekatan ke beberapa tokoh kopi, agar mereka selalu mengingatkan kepada para petani selalu  menjaga SOP,  mulai dari menjemur, mengupas, sampai panen harus  pada fase petik merah.

Penjabat Bupati Temanggung Hary Agung Prabowo menyampaikan kepada petani, meskipun harga kopi cukup tinggi, hendaknya tetap menjaga kualitas dengan memetik kopi merah. Dengan melakukan petik merah berarti ikut menjaga kualitas kopi Temanggung.

Ketika harga kopi sedang tinggi seperti saat ini, jangan terjerumus euforia, tetapi harus tetap menomorsatukan mutu kopi.

Kualitas kopi Temanggung yang sudah diakui oleh banyak kalangan, harus tetap dijaga. "Jangan sampai dengan harga yang tinggi ini justru menjatuhkan para petani kopi di masa mendatang," ujarnya mengingatkan.

Kopi robusta di Kabupaten Temanggung ditanam di dataran rendah, seperti di Kecamatan Kaloran, Jumo, Candiroto, Pringsurat, dan Wonoboyo.

Panen raya kopi tahun ini menjadi keberuntungan bagi petani kopi di wilayah Kecamatan Gemawang dan penghasil kopi lainnya di Temanggung. Selain harganya yang tinggi, hasil panen juga meningkat 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Harus menjaga mutu

Musiran, petani kopi di Desa Gemawang, Kecamatan Gemawang, menuturkan, petani kopi terutama kopi robusta di wilayahnya mendapatkan untung berlipat dengan kenaikan harga pada panen kali ini.

Selain harga jual yang tinggi, panen kopi tahun ini diperkirakan naik 30 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya.

Harga jual kopi ditentukan oleh kualitas kopi itu sendiri. Jika kopi petik campur atau sering disebut dengan kopi kualitas asalan, harga jual tentu lebih rendah dibanding dengan kopi petik merah.

Meningkatnya kualitas kopi memang tidak hanya tergantung dari proses pascapanen, namun juga sangat tergantung dari perawatan dan pemilihan benih kopi yang teliti. Alhasil, selain kualitas baik, juga akan meningkatkan kuantitas saat panen.

Selama ini petani kopi robusta di wilayahnya sudah mulai memperhatikan budi daya. Dengan pemilihan benih yang bagus maka  berimbas pada kualitas dan kuantitas kopi.

Dengan budi daya tanaman yang baik, dalam satu pohon kopi bisa menghasilkan sebanyak 10 kilogram kopi basah (kopi gelondong), bahkan bisa lebih manakala kondisi tanah, perawatan, dan pemupukan dilakukan secara berkelanjutan.

Oleh karena itu, petani kopi Temanggung tetap harus mempertahankan mutu karena selama ini kopi asal kabupaten berhawa sejuk ini dikenal sebagai kopi dengan kualitas terbaik.

Oleh karena itu, jangan sampai ketika harga jual kopi saat ini melambung, petani malah kurang lagi peduli dengan kualitas kopi demi hanya mengejar keuntungan sesaat.


Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024