Pemkot Magelang tetap siaga bencana meski kota kecil
Magelang (ANTARA) - Pemerintah Kota Magelang tetap melaksanakan kesiapsiagaan terhadap bencana alam, terutama saat musim hujan, meskipun daerah setempat kategori kota kecil, yakni meliputi tiga kecamatan dan 17 kelurahan.
Sekretaris Daerah Kota Magelang Hamzah Kholifi dalam rilis Bagian Prokompim Pemkot Magelang diterima di Magelang, Sabtu, menekankan pentingnya kesiapsiagaan itu, terutama bencana hidrometeorologi.
"Akhir tahun biasanya memasuki musim hujan memiliki potensi ancaman bencana, seperti tanah longsor, banjir, kebakaran. Oleh karena itu, kita harus selalu siap siaga dan melakukan upaya preventif," ujarnya.
Ia mengatakan hal itu saat memimpin apel siaga bencana di halaman Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Magelang, Jumat (20/12), yang diikuti berbagai unsur, seperti pemerintahan, TNI/Polri, relawan, dan masyarakat.
Apel siaga bencana bersamaan dengan peringatan Hari Kesetiakawanan Nasional (HKSN) 2024 tingkat Kota Magelang itu, untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan koordinasi menghadapi potensi bencana yang dapat terjadi di daerah setempat.
Ia juga mengingatkan tentang pentingnya semua pemangku kepentingan bekerja sama dalam upaya penanganan bencana, baik saat kejadian maupun pencegahan.
"Kolaborasi itu penting sebagai upaya mengatasi bencana, kapanpun baik yang 'force majeure' (keadaan memaksa) maupun preventif. Harus melibatkan semua 'stakeholder' (pemangku kepentingan), unsur relawan dan lainnya. Harus punya semangat melindungi masyarakat," katanya.
Kepala BPBD Kota Magelang Machbub Yani Arfian menjelaskan meskipun daerah setempat sebagai kota kecil, akan tetapi memiliki potensi bencana, seperti tanah longsor, banjir genangan, angin ribut, dan kebakaran.
Namun, katanya, tanah longsor, termasuk longsor kecil, terjadi di daerah tertentu, seperti di tepian sungai, daerah dengan kemiringan tertentu, atau pemukiman padat.
Ia menyebut daerah tergolong rawan tanah longsor kecil, di antaranya Rejowinangun Utara, Panjang, Gelangan, dan Wates.
Ia juga menyoroti potensi genangan akibat hujan deras dan drainase yang tidak mencukupi untuk aliran air secara maksimal. Namun, genangan akan hilang ketika hujan berhenti.
Pihaknya intensif melakukan sosialisasi mitigasi bencana kepada masyarakat, seperti melalui PKK, Dharma Wanita, dan sekolah-sekolah.
Selain itu, mengadakan pelatihan kesiapsiagaan bencana serta menggandeng PMI, Baznas, dan LazisMu untuk penanganan pascabencana.
Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor:
Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024