Petani Diarahkan Gunakan Pupuk Organik
Rabu, 2 Mei 2012 15:18 WIB
Penggunaan pupuk jenis organik yang ramah lingkungan di wilayah Kabupaten Boyolali memang masih rendah dibanding kimia seperti urea, ZA, SP-36, dam NPK, kata Kepala Seksi Tanaman Padi Dispertabunhut Boyolali Sugiarto di Boyolali, Rabu.
Menurut dia, untuk pupuk bersubsidi jenis organik di Boyolali hanya sebanyak 6.112 ton per tahun. Dari penggunaan pupuk organik per tiga bulan atau hingga Maret sebanyak 989,5 ton, yang terserap hanya 558 ton atau sekitar 56,39 persen.
"Sehingga, presentase dari total penggunaan pupuk organik per tahun baru sekitar 9,13 persen," ucapnya.
Ia menjelaskan, masih minimnya penggunaan pupuk organik oleh petani, karena mereka masih banyak yang mengandalkan pupuk kimia dianggap manfaat prosesnya lebih cepat. Pupuk organik memang memerlukan waktu proses lebih lama dibanding pupuk kimia.
Namun, kata dia, penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki unsur hara dan tekstur tanah menjadi subur yang ramah lingkungan.
Bahkan, petani yang mengandalkan lahan sewaan tetap mengandalkan penggunaan pupuk kimia, karena proses mulai tanam hingga panen akan lebih cepat dan menguntungkan mereka.
"Tetapi, penggunaan pupuk kimia dengan jangka panjang lama-lama akan merusak tekstur tanah dan miskin unsur hara. Jika penggunaan organik semakin lama justru tanah semakin subur," paparnya.
Selain itu, kata dia, masih sedikitnya penggunaan pupuk organik bersubsi oleh petani, karena mereka banyak yang sudah menggunakan alat bantuan pengolah pupuk organik secara swadaya.
"Petani biasanya penggunaan pupuk organik dengan swadaya dan masih dicampur dengan kimia seperti urea, SP-36, NPK, dan ZA," tuturnya.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2025