Logo Header Antaranews Jateng

Sebuah Perjuangan Mudik di Tengah Aksi Teror

Senin, 20 Agustus 2012 00:00 WIB
Image Print
Aparat Kepolisian bersiaga di lokasi penembakan Pos Pengamanan Lebaran Gemblegan, Solo, Jawa Tengah, Jumat (17/8). Kepolisian membentuk tim khusus yang terdiri atas unsur Detasemen Khusus Antiteror dan Tentara Nasional Indonesia untuk menyelidiki kas


Teror yang terjadi beruntun di Solo--nama populer Kota Surakarta--itu pertama terjadi pada H-2 Lebaran atau bertepatan dengan HUT Ke-67 Kemerdekaan RI.

Aksi penembakan yang terjadi di Pospam Lebaran Gemblekan, tepatnya di pojok simpang empat atau depan BPR "Central International" di Jalan Yos Sudarso Solo, itu menyebabkan dua dari delapan polisi yang berada di pos itu terluka.

Kemudian, terjadi lagi saat sebagian umat Islam mengumandangkan takbir, Sabtu (18/8) sekitar pukul 23.32 WIB atau pada H-1 Lebaran.

Ledakan relatif cukup keras di Pospam Gladak, Kota Solo itu diduga berasal dari benda jenis granat yang dilempar oleh orang tak dikenal dengan mengendarai sepeda motor.

"Pelemparan granat di Pospam Gladak itu sekitar pukul 23.32 WIB oleh orang yang tak dikenal dengan mengendarai sebuah sepeda motor yang berboncengan," kata Kepala Kepolisian Resor Kota Surakarta Kombes Pol Asdjima'in saat olah tempat kejadian perkara hingga Minggu sekitar pukul 03.30 WIB.

Namun, hingga sekarang belum diketahui motif teror yang terjadi berturut-turut di Solo saat Wali Kota Surakarta Joko Widodo sebagai peserta Pemilihan Gubernur DKI Jakarta sekaligus sebagai pemenang pada putaran pertama dalam pemilihan itu.

Agaknya polisi segera membuka tabir mengenai teka teki tersebut agar publik segera tahu latar belakang pelaku yang menyerang Pospam Lebaran. Apalagi keberadaan aparat kepolisian di pos tersebut bertujuan menjaga rasa aman pemudik.

Di samping itu, petugas membantu kelancaran arus lalu lintas di sejumlah titik rawan kemacetan. Misalnya, sejumlah petugas Satlantas Kepolisian Resor Semarang yang bertugas di sepanjang jalur Semarang--Solo/Yogyakarta, Minggu pagi. Mereka membantu pemudik berkendara roda empat dan sepeda motor melintasi daerah-daerah rawan kemacetan.

Begitu pemudik berkendaraan roda empat dan sepeda motor dari arah Kota Semarang membanjiri jalur tersebut, petugas Polres Semarang Minggu pagi itu langsung mengubah lajur, yakni semula pada H-1 Lebaran di sejumlah titik satu lajur (Semarang--Solo/Yogyakarta) menjadi tiga lajur pada H1.

Mulai Benteng Williem II terletak di kota Ungaran--yang populer dengan nama Benteng Ungaran atau Diponegoro--ratusan kendaraan roda empat dan roda dua yang menuju Solo atau Yogyakarta dengan memanfaatkan tiga lajur tersebut.

Begitu pula di Pasar Babadan, Pasar Karangjati, hingga Kilometer 7 Ungaran, sejumlah petugas terlihat sibuk mengurai kepadatan arus pemudik dengan meminta mereka melalui lajur tambahan.

Berkat kesigapan petugas, ratusan kendaraan yang melalui sejumlah titik itu tidak terjadi kemacetan atau padat tetapi lancar.


Potret Tradisi

Kedatangan pemudik yang melintasi jalur utama Semarang--Solo/Yogyakarta merupakan bagian dari potret tradisi pulang kampung setiap Hari Raya Idulfitri. Bahkan, terdapat di antara mereka harus berjuang berjam-jam menerobos kemacetan demi menemui orang tua dan handai tolan di kampung halamannya.

Sejumlah pemudik yang menggunakan mobil pribadi baru tiba di Kota Semarang, Minggu dini hari hingga pagi hari setelah hampir dua malam, tepatnya sekitar 41 jam, mereka berada dalam perjalanan Jakarta--Semarang dengan jarak tempuh kurang lebih 423 kilometer.

"Alhamdulillah anak saya, Ana Rudarti, baru tiba di Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, pukul 03.00 WIB setelah berada dalam perjalanan Jakarta--Semarang selama 41 jam," kata ayah Ana, Sunardi, yang juga operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pudakpayung, Kota Semarang, kepada ANTARA, Minggu siang.

Dalam situasi normal, waktu tempuh dengan rute sama sekitar 10--11 jam. Namun, karena terjebak macet di jalur Subang, Cirebon, Jawa Barat, Ana beserta pemudik lainnya berada dalam perjalanan hingga puluhan jam.

Tak pelak, kata Sunardi, pemudik yang meneruskan perjalanan, baik ke Yogyakarta maupun Surakarta, memadati jalur utama mudik Semarang--Solo/Yogyakarta pada hari pertama (H1) Lebaran pagi hari.

Pemudik lain yang sempat berjam-jam di perjalanan, yakni Bobby, warga Tangerang, Provinsi Banten. Dia bersama keluarga yang menggunakan mobil pribadi B-1631-NF baru tiba di Kabupaten Temanggung sekitar pukul 18.00 WIB.

"Kami berangkat dari Tangerang pada hari Jumat (17/8) pukul 20.00 WIB. Kalau kami lewat jalur Subang, bisa-bisa tiba di sini keesokan harinya. Kami lewat jalur alternatif," kata Bobby ketika ditemui ANTARA di sekitar Alun-Alun Kota Temanggung, Sabtu (18/8) malam.

Pemantauan ANTARA, mulai dari Magelang hingga Kota Semarang, sebagian besar pemudik berkendaraan pribadi memilih menghindari titik rawan macet, seperti jalan raya depan Pasar Ambarawa. Mereka memilih melintasi jalan arteri setelah Terminal Bus Bawen.

Namun, ada pula pemudik yang melawati jalur tembus, mulai Jalan Raya Bandungan hingga Kaloran, Temanggung, sambil berwisata ke Candi Gedong Songo, kompleks bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.


Listrik Padam

Pada H1 Lebaran 2012, juga diwarnai listrik padam beberapa kali, baik pada pelaksanaan salat Id di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang, maupun pada Minggu sekitar pukul 17.45 WIB hingga pukul 22.45. Sebelumnya, pada pukul 22.10 WIB sempat menyala, tetapi padam lagi.

Akibat listrik padam ini, sebagian warga Kota Semarang yang akan berhalalbihalal usai salat Magrib--seperti kebiasaan Lebaran tahun-tahun sebelumnya--dengan segenap sanak keluarga dan handai tolan serta tetangga terpaksa membatalkannya.

Kendati demikian, listrik padam pada pelaksanaan salat Idulfitri 1433 Hijriah di Masjid Agung Jawa Tengah tidak mengurangi kekhidmatan.

Listrik padam terjadi beberapa kali saat Guru Besar Institut Agama Islam Negeri Wali Songo Semarang, Muhtarom menyampaikan khotbah. Akibat litrik padam, lampu serta tata suara di masjid tersebut sempat terganggu.

Salat Id di Masjid Agung Jawa Tengah diikuti oleh ribuan umat Islam dari wilayah Semarang dan sekitarnya, serta hadir pula Gubernur Bibit Waluyo.

Pewarta :
Editor: D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2024