Ponpes Ngruki Akui Farhan dan Muhksin Alumninya
Senin, 3 September 2012 12:32 WIB
"Farhan sebelum masuk sekolah SMP Ngruki, merupakan lulusan SD 041 Liang Bunyu Nunukan Kalimantan, sedangkan Muhksin lulusan SMP 126 Jakarta yang kemudian mendaftarkan tingkat SMA Ngruki," kata Direktur Ponpes Al Mukmin Ngruki Sukoharjo Ustadz Wahyuddin, di Sukoharjo, Senin.
Menurut dia, kedua bekas siswa Ngruki tersebut memang sama-sama mengalami masalah terkait dengan biaya administrasi pendidikannya.
Ia menjelaskan, pihaknya sebenarnya selama ini merasa tenang karena kegiatan belajar mengajar di Ponpes Al Mukmin Ngruki, berjalan dengan lancar. Ponpes ini arahnya ke sebuah Lembaga Pendidikan Agama Islam dan Dakwah.
"Kami tidak bergeser dari misi dan visi sebagai lembaga pendidikan dan dakwah. Moto Ponpes Ngruki yang ditanamkan ke santrinya, untuk menjadi kader-kader yang soleh, cerdas, dan mandiri," katanya.
Menurut dia, yang menjadi unggulan dalam pendidikan di Ngruki, antara lain dapat menjadikan anak kuat dalam ibadah, akhlak, fasih baca AlQuran, kemampuan bahasa Inggris maupun Arab, dan nilai-nilai akademis.
Ia menjelaskan, masalah Farhan memang lulusan SLTP di Ponpes Ngruki pada 2008, tetapi karena dia masih memiliki masalah administrasi sehingga ijazahnya masih ditahan di Ngruki hingga sekarang.
Namun, Farhan kemudian tidak melanjutkan ke jenjang SMA dan dia keluar dari Ponpes Ngruki.
Farhan Mujahidin nama sebenarnya yang tercantum di ijazahnya itu, asalnya dari Liang Bunyu Nunukan Kalimantan dan orang tuanya tertulis, Muh Aris.
Sedangkan Muhksin asalnya Kramat Jati Jakarta Selatan. Dia sebelum mendaftar SMA di Ngruki merupakan siswa lulusan SMP 126 Jakarta.
"Kami tidak mengetahui hubungan dan pertemuan kedua bekas siswanya itu, karena mereka tidak pernah bertemu ketika menempuh pendidikkan di Ngruki," katanya.
Farhan hanya tiga tahun menjadi siswanya, kemudian keluar sebelum selesai pendidikan selama enam tahun di Ponpes Ngruki.
Menurut dia, kebetulan keduanya sama-sama dari Jakarta, setelah keluar lama dari Ponpes, dan mereka memiliki pengalaman bermacam-macam kemudian bersilaturahmi dengan teman-temannya lama di Ngruki.
"Kami tidak mungkin melarang mereka bersilaturahmi dengan teman-temannya di Ngruki, termasuk memantau kegiatan mereka," katanya.
Menurut dia, masalah Muhksin juga hampir sama dengan Farhan, yakni karena belum membayar administrasi, sehingga dia diserahkan ke orang tuanya.
Muhksin setelah lulus SMA di Ponpes Ngruki, kata dia, seharusnya melakukan kegiatan wiyata bakti selama satu tahun. Namun karena dia masih nunggak biaya administrasi, sehingga masih terkatung-katung.
Kendati demikian, pihaknya sangat tidak menduga kedua anak tersebut melakukan tindakan yang merugikan orang lain.
"Kami selalu memberikan misi maupun visi pendidikan dan dakwah. Arahan Ponpes Ngruki jelas, menjadikan kader-kader sebagai anak yang soleh, cerdas, dan mandiri, bukan untuk merugikan orang lain," tandasnya.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024