Logo Header Antaranews Jateng

Pemkab Kudus Garap Desa Wisata melalui Konektivitas

Rabu, 15 Mei 2013 04:05 WIB
Image Print
Sejumlah siswa Sekolah Dasar berjalan diantara rimbunan pohon bambu di Desa Lakkang, Keluarahan Lakkang, Makassar, Jumat (21/1). Desa Lakkang merupakan daerah yang terisolir dibatasi oleh dua perairan, yaitu Sungai Tallo dan Sungai Pampang yang membe


Hampir setiap desa yang ada di Kabupaten Kudus memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata, karena terpenuhinya sejumlah persyaratan untuk disebut sebagai desa wisata.

Saat ini, tercatat ada sembilan desa dari 32 desa dan kelurahan di Kabupaten Kudus yang menjadi desa wisata.

Kesembilan desa tersebut, yakni Desa Loram Kulon (Kecamatan Jati), Jepang (Kecamatan Mejobo), Kaliputu (Kecamatan Kota), Colo (Kecamatan Dawe), Rahtawu (Gebog), Kaliwungu (Kecamatan Kaliwungi), Kauman (Kecamatan Kota), Terban (Kecamatan Jekulo), dan Wonosoco (Kecamatan Undaan).

"Meskipun sarana dan prasarana sebagai desa rintisan wisata belum tergolong sempurna, untuk saat ini sudah siap dikunjungi oleh para wisatawan," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Kudus, Hadi Sucipto, di Kudus, Selasa.

Selama ini, kata dia, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus sudah berupaya menyosialisasikan keberadaan desa rintisan wisata tersebut, termasuk secara rutin menggelar tradisi khas desa setempat.

Selain itu, lanjut dia, Pemkab Kudus juga berupaya membangun jaringan dengan sejumlah biro perjalanan maupun biro wisata di sejumlah daerah di Tanah Air.

"Kami juga membangun jaringan dengan penyedia jasa penginapan di Kudus, agar ikut menyosialisasikan keberadaan desa wisata dengan sejumlah potensi usaha di desa setempat," ujarnya.

Tanpa konektivitas, kata dia, upaya mengembangkan rintisan desa wisata di Kudus sulit dilakukan, karena pemkab maupun pemerintahan desa setempat juga mengalami keterbatasan anggaran.

Untuk membangun sebuah desa menjadi desa wisata, kata dia, salah satu persyaratannya, yakni memiliki agenda rutin setiap tahun terkait tradisi khas setempat.

Selanjutnya, kata dia, sejumlah potensi usaha di daerah setempat, juga dikembangkan agar wisatawan yang datang juga bisa membeli oleh-oleh khas daerah setempat.

Pengembangan usaha tersebut, lanjut dia, sudah dikoordinasikan dengan Dinas Perindustrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten.

Dukungan terhadap desa wisata di Kudus, katanya, mendapat dukungan pula dari pemerintah lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) sebesar Rp100 juta untuk dua desa per tahun.

Bantuan tersebut, katanya, dimanfaatkan oleh masing-masing desa sesuai kebutuhan, seperti di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kudus, dimanfaatkan untuk membeli alat kesenian dan ada yang digunakan untuk membangun ruang pamer untuk produk UMKM.

Tanpa dukungan pengembangan UMKM di masing-masing desa yang ditetapkan sebagai rintisan desa wisata, katanya, pengembangan desa wisata sulit dilakukan.

Kabid Perindustrian pada Dinas Perindustrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Kudus, Abi Wibowo mengungkapkan, sudah berupaya mengembangan sejumlah sentra usaha di sejumlah desa, termasuk desa yang ditetapkan menjadi desa rintisan wisata.

"Hanya saja, koordinasi untuk mengembangkan desa wisata, terutama pengembangan sentra usaha di desa setempat memang perlu dimaksimalkan," ujarnya.

Selama ini, kata dia, upaya pengembangan UMKM memang sudah dilakukan, terutama dalam mempromosikan ke sejumlah daerah lewat berbagai pameran di tingkat lokal, regional hingga nasional.

Hanya saja, kata dia, promosi lewat kegiatan tersebut masih bersifat terbatas pada beberapa produk andalan Kudus, karena keterbatasan anggaran.

"Masing-masing pengusaha tetap mendapatkan kesempatan, karena setiap ada pameran selalu dibuka peluang bagi pengusaha lain untuk diusulkan mengikutinya," ujarnya.

Akses permodalan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), kata dia, terbuka peluang, karena selama ini sudah banyak perbankan maupun perusahaan yang menawarkan bantuan permodalan dengan bunga ringan.

Bahkan, lanjut dia, Kudus juga mendapat tawaran bantuan ruang pamer produk kerajinan maupun makanan khas Kudus.

"Dengan catatan, lahan yang disediakan memiliki luas areal hingga 2.000 meter per segi dan berada di jalur strategis," ujarnya.

UMKM yang bergerak di bidang usaha makanan dan minuman, katanya, difasilitasi pula mendapatkan izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Kudus juga memberikan rekomendasi dan membantu pelaku usaha yang mengurus hak atas kekayaan intelektual (HAKI).

Gandeng Klub Motor
Upaya membangun konektivitas domestik untuk pengembangan desa wisata di Kudus, juga ditempuh dengan menggandeng klub sepeda motor di Jateng dengan harapan bisa ikut mempromosikan ke sejumlah anggota klub motor lainnya.

"Klub motor yang beranggotakan dari berbagai daerah di Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga sudah mengunjungi sembilan desa wisata di Kudus," kata Kepala Seksi Promosi Wisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Kudus, Mutrikah.

Menurut rencana, kata dia, mereka akan mempromosikan sejumlah potensi wisata maupun kerajinan khas dari sembilan desa tersebut dan siap memaparkan hasil kunjungan mereka ke sembilan desa wisata.

Perwakilan dari masing-masing desa yang ditetapkan sebagai wisata, katanya, juga mendapatkan bantuan dari Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Jateng dalam bentuk pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Dengan adanya pelatihan tersebut, dia berharap, pengetahuan dan kreativitas dalam mengembangkan desa wisata semakin meningkat.

"Setidaknya, dari mereka akan lahir ide baru yang mendukung pengembangan desa wisata, termasuk potensi wisata baru yang layak dijual," ujarnya.

Bekal pengetahuan tersebut, diharapkan bisa diterapkan lewat pembentukan kepengurusan desa wisata di desanya masing-masing, sehingga upaya promosinya jauh lebih efektif.

Selama ini, kata dia, di masing-masing desa belum terbentuk struktur kepengurusan desa wisata, sehingga pengembangannya juga masih menghadapi kendala.

Masduki, salah seorang perintis desa wisata asal Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kudus, mengakui, sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah agen wisata di Jateng untuk mempromosikan desanya kepada wisatawan lokal maupun mancanegara.

"Kami juga sudah menyiapkan paket wisata dengan harga terjangkau," ujarnya.

Adapun fasilitas yang bakal dinikmati, yakni cenderamata, proses produksi jenang, kirab tebokan secara langsung, hidangan khas Kudus, seperti jenang, kasturi, teh rosela, minuman pala, sarang madu, widaran, keciput, dan makam Raden Mas Panji (RMP) Sosrokartono yang dianggap sebagai pejuang pendidikan.


Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025