"Kami mencatat di Kabupaten Kudus terdapat 11.659 UMKM sehingga keberadaannya perlu dibuatkan klaster untuk mendorong usahanya agar semakin meningkat," ujarnya, di Kudus, Senin.

Selama ini, kata dia, sudah ada klaster UMKM, yakni kluster bordir maupun konveksi.

Akan tetapi, lanjut dia, jumlah klaster yang ada masih perlu diperbaiki dan diperbanyak agar pelaku usaha lainnya juga memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan usahanya.

Dari 11.659 UMKM yang ada di Kudus, katanya, tersebar di berbagai daerah dan tidak hanya bergerak di bidang makanan dan minuman, melainkan ada yang bergerak di bidang kerajinan tangan dan oleh-oleh khas Kudus.

"Kami akan membuatkan klaster agar ada tempat yang menjadi sentra UMKM di Kudus sehingga mempermudah wisatawan yang ingin mencari oleh-oleh khas Kudus," ujarnya.

Di lokasi klaster, katanya, akan dilengkapi pusat layanan usaha terpadu (PLUT), sehingga semua kebutuhan dan keluhan para pelaku UMKM bisa ditampung dan disampaikan ke dinas.

"Pemkab hanya memfasilitasi dalam hal penyediaan sarana dan prasarananya," ujarnya.

Selain itu, kata dia, para pelaku UMKM juga akan mendapatkan pembinaan secara langsung dari Dinas di Kabupaten maupun Provinsi yang dimulai dari pemberian modal, maupun pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan.

"Kami juga akan membantu dalam hal pemasaran produk UMKM, di antaranya lewat pembuatan klaster serta pendirian koperasi," ujarnya.

Salah satu klaster yang bakal dibidik, yakni klaster jenang Kudus yang hingga kini masih banyak produsen jenang yang belum bisa memasarkan produknya secara langsung karena keterbatasan dana untuk menyewa tempat jualan di tepi jalan.

"Jika sudah ada tempat yang strategis, diharapkan pengusaha lain yang belum mendapatkan tempat berjualan di tepi jalan juga bisa ikut serta memasarkan produknya secara langsung," ujarnya.

Hingga kini, lanjut dia, untuk membuat klaster masih berupaya mencari tempat yang strategis dan tidak jauh dari tempat tinggal para pelaku usaha tersebut.