Jaksa dan pejabat dari Komisi Investigasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat lalu (21/8) mengumumkan bahwa menemukan bukti mendalam yang melibatkan Perez dan mantan Wakil Presiden Roxana Baldetti dalam skema sangat terorganisir mengurangi bea importir berimbalan sangat besar besar.

Hanya berselang dua minggu menjelang pemilihan umum, AFP melaporkan, Perez membuat pernyataan kepada warganya bahwa dirinya berjanji untuk mematuhi proses hukum, tetapi tidak akan berhenti dari jabatannya.

Ia kembali menegaskan, menolak hubungannya dengan skema suap tersebut dan menerima uang dari penipuan dalam pengoperasian bea cukai.

"Saya tidak akan mengundurkan diri. Dengan kekuatan dan karakter, saya menolak keterlibatan saya dalam kasus ini. Saya tidak bisa menolak bahwa terjadi kegagalan dalam pemerintahan saya dan pejabat yang dekat dengan saya atau yang saya tunjuk," ujarnya.

Perez menimpali, "Jadi, ini memaksa saya untuk membuat permintaan maaf kepada publik."

Kasus penipuan jutaan dolar Amerika Serikat (AS) telah membalikkan politik Guatemala sejak April 2015, sehingga Perez memecat sejumlah pejabat tinggi, dan memaksa pengunduran diri Wakil Presiden Baldetti dan saat ini ingin menjangkau jabatan tertinggi di negara itu.

Rakyat Guatemala tengah menyiapkan pemilihan umum pada 6 September 2015.

Perez, kini 64 tahun, adalah pensiunan jenderal konservatif yang berakhir masa jabatannya pada Januari 2016, dan dirinya tidak dapat mengikuti pemilu kembali.

Ia menghadapi tuduhan korupsi berdasarkan sekira 86.000 panggilan telepon kawat yang disadap, yang ditemukan rencana berjulukan "La Linea" (garis) sebagai sebutan saluran khusus telepon para pelaku bisnis untuk menghubungi jaringan korupsi petugas bea cukai Guatemala.