Asephi Khawatir Pasar Tekstil Bergeser ke Vietnam
Selasa, 21 Februari 2017 12:47 WIB
Ilustrasi - Pekerja menyelesaikan proses menjahit kain di salah satu industri garmen, Tegal, Jawa Tengah. (Foto:ANTARAJATENG.COM/Oky Lukmansyah)
Pekalongan, ANTARA JATENG - Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia Kota Pekalongan, Jawa Tengah, mengkhawatirkan pangsa pasar tekstil Indonesia akan bergeser atau direbut oleh negara lain seperti Vietnam, Kamboja, dan Bangladesh.
Ketua Asephi Kota Pekalongan Romi Oktabirawa di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa saat ini tiga negara tersebut sedang mencari terobosan untuk merebut pangsa pasar tekstil Indonesia.
"Oleh karena itu, kami harus mampu berinovasi bagaimana cara pertekstilan Indonesia tetap bisa bersaing dengan negara lain. Tentunya hal ini juga perlu dukungan dari pemerintah," katanya.
Menurut dia, pemerintah perlu melakukan solusi dan terobosan untuk menghidupkan industri tekstil Indonseia dalam menghadapi persaingan bisnis tekstil yang semakin kompetitif.
Selain itu, kata dia, perkembangan usaha industri pertekstilan juga akan dipengaruhi kondisi politik suatu negara.
Ia mengaku selama ini 80 persen bahan tekstil Indonesia masih mengimpor sehingga industri pertekstilan masih bergantung pada pasokan negara lain.
Selama ini, kata dia, industri tekstil di Indonesia masih mengandalkan pasokan bahan tekstil dari China dan Amerika Serikat.
"Ketergantungan impor bahan tekstil ini tentunya dapat diantisipasi karena Indonesia memiliki banyak sumber daya alam (SDA) yang bisa dijadikan andalan," katanya.
Ketua Asephi Kota Pekalongan Romi Oktabirawa di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa saat ini tiga negara tersebut sedang mencari terobosan untuk merebut pangsa pasar tekstil Indonesia.
"Oleh karena itu, kami harus mampu berinovasi bagaimana cara pertekstilan Indonesia tetap bisa bersaing dengan negara lain. Tentunya hal ini juga perlu dukungan dari pemerintah," katanya.
Menurut dia, pemerintah perlu melakukan solusi dan terobosan untuk menghidupkan industri tekstil Indonseia dalam menghadapi persaingan bisnis tekstil yang semakin kompetitif.
Selain itu, kata dia, perkembangan usaha industri pertekstilan juga akan dipengaruhi kondisi politik suatu negara.
Ia mengaku selama ini 80 persen bahan tekstil Indonesia masih mengimpor sehingga industri pertekstilan masih bergantung pada pasokan negara lain.
Selama ini, kata dia, industri tekstil di Indonesia masih mengandalkan pasokan bahan tekstil dari China dan Amerika Serikat.
"Ketergantungan impor bahan tekstil ini tentunya dapat diantisipasi karena Indonesia memiliki banyak sumber daya alam (SDA) yang bisa dijadikan andalan," katanya.
Pewarta : Kutnadi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024