Semarang, ANTARA JATENG - Perum Bulog berupaya meningkatkan kapasitas penyerapan gabah petani terutama pada musim panen tahun ini guna mengamankan harga hasil produksi petani.

Kepala Perum Bulog Divre Jateng, Djoni Nur Ashari di Semarang, Senin mengatakan, sejumlah upaya dilakukan untuk meningkatkan penyerapan gabah petani antara lain membangun lima unit gudang penyimpanan beras dengan kapasitas keseluruhan 8000 ton.

Kelima unit gudang penyimpanan tersebut berlokasi di Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara dengan kapasitas 1000 ton, di Bawen Kabupaten Semarang (500 ton), Telukan Kabupaten Sukoharjo (3.500 ton), Gedong Kabupaten Wonogiri (2.000 ton) dan Klaten (1.000 ton).  

"Jadi tidak benar jika dikatakan kalau Bulog tidak mau menyerap gabah petani. Bahkan kami berupaya menambah tingkat penyerapan," katanya ketika menerima media saat "Presstour Bulog 2017".

Menurut dia, saat ini Bulog Jateng memiliki gudang penyimpanan sebanyak 157 unit tersebar di 44 lokasi dengan kapasitas penyimpanan 431 ribu ton, kemudian unit pengolahan gabah dan beras 22 unit, mesin pengering 13 unit, mesin pemanen sebanyak unit.

Selain itu, mitra pengadaan gabah sebanyak 363 dan satuan kerja Bulog untuk menyerapan 18 unit
"Bulog juga menyewa gudang sebanyak 30 unit di Demak dan Grobogan untuk meningkatkan penyerapan gabah petani. Ini menunjukkan komitmen Bulog untuk menyerap gabah petani," katanya.  

Djoni mengatakan, khusus Bulog Jateng pada tahun ini target pengadaan gabah petani sebanyak 602 ribu ton setara beras yang mana hingga 18 Mei 2017 terealisasi sebanyak 188 ribu ton.

    Lebih rendah
Dia mengakui, realisasi penyerapan gabah petani pada Januri-Mei 2017 lebih rendah daripada periode sama 2016 yang mencapai 236.483 ton karena pada tahun lalu April merupakan puncak musim panen raya.

Tahun ini, lanjutnya, musim tanam maju sehingga panen juga maju yakni pada akhir Februari- Maret akibatnya penyerapan tinggi terjadi pada bulan itu sedangkan April mulai menurun.
"Dengan kondisi tersebut (tidak ada panen) harga gabah di lapangan menjadi tinggi kalau kita paksakan menyerap (sesuai HPP) maka akan mendapatkan gabah dengan kualitas tidak bagus, kalau kualitas jelek nanti dikeluhkan penerima raskin," katanya.  
Pada Mei tahun ini, ujarnya, penyerapan mulai stabil kembali yakni sekitar 2500-3000 ton per hari.

"Diharapkan pada Juni-Juli nanti terjadi peningkatan penyerapan karena saat ini memasuki musim panen, sehingga bisa memenuhi target," ujarnya.

Djoni mengatakan, pada saat panen raya maupun tidak namun ketika kondisi harga gabah petani jatuh dibawah harga pembelian pemerintah (HPP) maka Bulog wajib membeli gabah petani.

Apalagi, tambahnya, dengan keluarnya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) no 3 tahun 2017 yang menyebutkan Bulog wajib membeli gabah petani dengan kadar air hingga maksimum 30 persen, sedangkan sebelumnya bisa menyesuaikan dengan rafaksi kadar air.

"Sekarang semua wajib dibeli Bulog sesuai harga HPP Rp3.700/kg gabah kering panen dengan kadar air maksimum 30 persen," katanya.

Djoni menyebutkan saat ini stok Bulog Jateng dalam kondisi surplus sebanyak 36 ribu ton dan dikirimkan ke daerah lain di luar Jateng seperti Aceh, Medan, Padang, Sampit, Samarinda dan Pangkalanbun.