Penanganan dan pemulihan pascabanjir
Selasa, 20 Februari 2018 9:54 WIB
Sejumlah relawan membawa bantuan makanan siap saji untuk para korban banjir di Trimulyo, Genuk, Semarang, Jawa Tengah, Senin (19/2). Meski intensitas hujan mulai turun, banjir setiggi sekitar 30-50 cm masih melanda kawasan permukiman berpenduduk sekitar 2.000 jiwa tersebut karena terjadinya rob dan topografi kawasan yang lebih rendah dibandingkan daerah sekitar. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/t
Semarang (Antaranews Jateng) - Badan Meteorologii Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan puncak cuaca ekstrem telah dilewati yakni pada pertengahan Februari 2018, meskipun begitu dampaknya masih dirasakan oleh para korban banjir.
Di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak setidaknya ada 8.005 jiwa dari 1.991 keluarga yang terkena dampak banjir (lebih parah dibandingkan tahun sebelumnya). Begitu juga di Genuk Semarang setidaknya ada 2.000 jiwa yang terkena dampak banjir dan rob. Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, setidaknya ada 238 pengungsi dari 72 keluarga.
Tidak sedikit warga yang harus mengungsi akibat banjir, infrastruktur jalan menjadi rusak dan berlubang, lahan pertanian terendam sehingga berpotensi gagal panen, juga memunculkan beragam penyakit akibat banjir, dan bahkan banjir juga melumpuhkan aktivitas perekonomian sehari-hari.
Kondisi tersebut tentu tidak dapat ditangani secara instan, karena dibutuhkan waktu menunggu banjir surut, sehingga para korban hanya bisa menunggu dan tergantung pada bantuan.
Selanjutnya yang dibutuhkan adalah penanganan dan pemulihan pascabanjir dengan tindakan relevan yang perlu dilakukan mulai dari memberikan edukasi, pengarahan, manajemen bencana banjir, pembekalan medis tentang pengobatan sederhana, memberikan ruang psikologi, dan membangun kesadaran pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat.
Penanganan pascabanjir tersebut tentu tidak hanya untuk para korban pascabanjir, tetapi juga dibutuhkan penanganan banjir secara simultan mulai hulu hingga hilir, seperti penyiapan dan pelestarian kawasan resapan air serta ruang terbuka hijau bagi wilayah yang terancam banjir.
Selain itu diperlukan juga penyediaan bangunan pengendali banjir berupa reservoir dengan daya tampung yang cukup besar serta memanfaatkan mesin pompa, serta upaya pencegahan secara masif untuk menjaga lingkungan, melarang pembangunan rumah di bantaran sungai, program tebang pilih disertai reboisasi, rajin membersihkan aliran sungai, dan mengawali dari diri sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya.
Sekali lagi, banjir merupakan salah satu bencana yang paling akrab dengan kehidupan manusia dan kedatangannya nyaris rutin setiap tahunnya, sehingga diperlukan kesadaran dari semua pihak mengenai penyebab, dampak ditimbulkan, penanggulangannya, serta yang terpenting adalah bagaimana mencegahnya.
Di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak setidaknya ada 8.005 jiwa dari 1.991 keluarga yang terkena dampak banjir (lebih parah dibandingkan tahun sebelumnya). Begitu juga di Genuk Semarang setidaknya ada 2.000 jiwa yang terkena dampak banjir dan rob. Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, setidaknya ada 238 pengungsi dari 72 keluarga.
Tidak sedikit warga yang harus mengungsi akibat banjir, infrastruktur jalan menjadi rusak dan berlubang, lahan pertanian terendam sehingga berpotensi gagal panen, juga memunculkan beragam penyakit akibat banjir, dan bahkan banjir juga melumpuhkan aktivitas perekonomian sehari-hari.
Kondisi tersebut tentu tidak dapat ditangani secara instan, karena dibutuhkan waktu menunggu banjir surut, sehingga para korban hanya bisa menunggu dan tergantung pada bantuan.
Selanjutnya yang dibutuhkan adalah penanganan dan pemulihan pascabanjir dengan tindakan relevan yang perlu dilakukan mulai dari memberikan edukasi, pengarahan, manajemen bencana banjir, pembekalan medis tentang pengobatan sederhana, memberikan ruang psikologi, dan membangun kesadaran pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat.
Penanganan pascabanjir tersebut tentu tidak hanya untuk para korban pascabanjir, tetapi juga dibutuhkan penanganan banjir secara simultan mulai hulu hingga hilir, seperti penyiapan dan pelestarian kawasan resapan air serta ruang terbuka hijau bagi wilayah yang terancam banjir.
Selain itu diperlukan juga penyediaan bangunan pengendali banjir berupa reservoir dengan daya tampung yang cukup besar serta memanfaatkan mesin pompa, serta upaya pencegahan secara masif untuk menjaga lingkungan, melarang pembangunan rumah di bantaran sungai, program tebang pilih disertai reboisasi, rajin membersihkan aliran sungai, dan mengawali dari diri sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya.
Sekali lagi, banjir merupakan salah satu bencana yang paling akrab dengan kehidupan manusia dan kedatangannya nyaris rutin setiap tahunnya, sehingga diperlukan kesadaran dari semua pihak mengenai penyebab, dampak ditimbulkan, penanggulangannya, serta yang terpenting adalah bagaimana mencegahnya.
Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Pemprov Jateng salurkan bantuan penanganan banjir Demak-Grobogan Rp847 juta
23 January 2025 22:01 WIB