Dunia perkeretaapian Bangladesh makin berkembang dengan diluncurkannya kereta Bonolota Express yang melayani rute Rajshahi-Dhaka secara non-stop sejak 27 April 2019.
Kereta api berkecepatan tinggi yang memiliki 12 gerbong dengan kapasitas 927 penumpang itu merupakan buatan PT Industri Kereta Api (INKA) Indonesia.
Peluncuran Bonolota Express menandai kali ketiga PT INKA menembus pasar kereta api Bangladesh, setelah perusahaan BUMN tersebut mengekspor 200 kereta api ke Bangladesh pada 2006 dan 2016.
Bonolota Express telah memenuhi harapan masyarakat Rajshahi akan layanan kereta api modern yang bisa menghubungkan mereka dengan Dhaka dalam waktu 4,5 jam, atau satu jam lebih cepat daripada layanan sebelumnya.
Kereta ini dilengkapi sejumlah fasilitas, seperti, toilet, kursi malas, Wi-Fi, dan sistem pengisian daya ponsel untuk penumpang.
Bonolota Express adalah kereta api antarkota ketiga yang dimiliki Bangladesh, selain dua kereta api yang beroperasi di rute Dhaka-Chittagong secara non-stop.
Pada upacara peluncuran, Menteri Perkeretaapian Bangladesh Nurul Islam Sujon mengapresiasi kehadiran Bonolota Express yang dapat mempersingkat waktu tempuh dari Rajshahi ke Dhaka.
Hal ini sangat krusial bagi pemerintah Bangladesh di tengah upaya negara tersebut untuk semakin meningkatkan konektivitas antarakota di Bangladesh.
Pemerintah Bangladesh juga telah mengalokasikan ratusan juta dolar untuk pengembangan industri kereta apinya.
Peluang ini dimanfaatkan dengan baik oleh PT INKA yang pada awal tahun ini mengirim 50 gerbong kereta api, dari total 250 gerbong yang telah disepakati dengan Bangladesh pada 2017. Dalam hal ini, PT INKA berhasil memenangi tender Bangladesh Railway dengan kontrak senilai 100,89 juta dolar AS.
Keberlanjutan kerja sama perkeretaapian antara kedua negara sejak 2006 menunjukkan bahwa kualitas produk kereta api Indonesia telah teruji di pasar Bangladesh.
Selain gerbong kereta yang kuat dan mampu menampung penumpang dalam jumlah besar, PT INKA juga khusus merancang gerbong kereta super kuat agar dapat menahan tekanan bila ada penumpang yang naik di atas gerbong.
Gerbong kereta dengan kekuatan di atas rata-rata gerbong kereta di Asia itu sengaja dibuat untuk mengakomodasi keperluan masyarakat Bangladesh, yang masih diperbolehkan menumpang di atas gerbong mengingat padatnya populasi negara tersebut.
Selain itu, kontrak penyediaan kereta api oleh PT INKA di Bangladesh juga disertai dengan garansi dan layanan pendampingan operasional selama dua tahun.
Duta Besar RI untuk Bangladesh Rina P Soemarno mengatakan capaian yang ditunjukkan PT INKA merupakan bukti nyata bahwa industri kereta api Indonesia mampu bersaing di pasar internasional.
“Selama ini mereka senang dengan produk PT INKA, jadi reputasi baik PT INKA telah menyebar. Alhamdullilah masyarakat Bangladesh mengetahui perusahaan-perusahaan Indonesia menghasilkan produk yang baik dan dapat dipercaya,” kata Dubes Rina saat ditemui di sela pameran Indonesia Fair, di Dhaka, April lalu.
Ekspor bus eksekutif
Selain kereta api, Indonesia untuk pertama kali mengekspor bus eksekutif produksi CV Laksana ke Bangladesh.
Ekspor empat bus eksekutif dan 10 bus tingkat (doube decker) dengan total nilai penjualan 808 ribu dolar AS disebut Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi sebagai prestasi atas kegigihan upaya Indonesia untuk memajukan ekspor ke pasar-pasar nontradisional, salah satunya ke Bangladesh.
Bus eksekutif produksi CV Laksana yang diekspor ke Bangladesh berkualitas tinggi dan telah memenuhi standar keamanan internasional UN ECE-R66.
“Kami sudah mendapatkan sertifikasi uji guling untuk menjamin keselamatan penumpang, yang sesuai standar Eropa,” ujar Manajer Ekspor CV Laksana Werry Yulianto.
Bus-bus yang menggunakan rangka dan mesin dari Scania, produsen utama kendaraan komersial Swedia, telah dibuat dengan desain dan dimensi panjang yang sesuai peraturan Bangladesh.
Untuk memasarkan produknya, CV Laksana bekerja sama dengan Innovative Motors sebagai distributor dan diler resmi Scania di Bangladesh.
Bus-bus tersebut akan melayani perjalanan antarkota seperti Dhaka-Chittagong atau Dhaka-Sylhet yang jaraknya berkisar 250-300 kilometer.
Desain bodi dan interior bus yang elegan dan terkesan eksklusif dianggap sesuai dengan kebutuhan penumpang dan operator bus di Bangladesh.
“Di sini orang akan membayar jika Anda benar-benar menyediakan bus eksekutif, dan kami melihat respons mereka sangat positif terhadap bus dari Laksana ini karena sesuai dengan tipe bus yang mereka butuhkan,” kata General Manager Innovative Motors Shaheed Sarwar.
Hasil pengerjaan produk karoseri Indonesia juga dinilai lebih baik dibandingkan produk yang diimpor dari Malaysia dan India.
Saat ini, dua dari empat bus eksekutif CV Laksana yang diekspor ke Bangladesh telah terjual. Sementara 10 bus tingkat akan tiba di Bangladesh dalam kurun waktu 3-4 bulan ke depan.
Shaheed memperkirakan kebutuhan bus eksekutif akan semakin meningkat seiring dengan gencarnya pembangunan infrastruktur di negaranya, serta suhu udara di wilayah perkotaan yang bisa mencapai 30-40 derajat Celcius saat musim panas.
“Semoga dalam waktu dekat kami bisa menambah order ke Laksana untuk menyuplai lebih banyak bus,” kata dia.
Diversifikasi
Transportasi menjadi sektor yang ingin digarap Indonesia di pasar nontradisional, salah satunya Bangladesh, sebagai upaya diversifikasi produk perdagangan selain komoditas andalan, seperti kelapa sawit.
Total nilai perdagangan bilateral Indonesia dan Bangladesh pada 2018 mencapai 1,97 miliar dolar AS, atau meningkat 48 persen sejak 2016.
Tren peningkatan nilai perdagangan kedua negara berlanjut tahun ini, dengan total nilai perdagangan selama Januari-Februari 2019 mencapai 410 juta dolar AS, atau meningkat 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan populasi 160 juta jiwa dan proyeksi pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen tahun ini, Bangladesh menjadi mitra yang potensial bagi Indonesia.
"Bangladesh ini pasar yang sangat terbuka bagi Indonesia, bukan hanya untuk tujuan pasokan komoditas tetapi untuk mendukung konektivitas,” ujar Direktur Asia Selatan dan Tengah Kemlu RI Ferdy Piay.
Tidak hanya menjual produk, sejumlah BUMN yang tergabung dalam Indonesia Railway Consortium juga tengah menjajaki kerja sama dengan mitra-mitranya di Bangladesh untuk pengelolaan rute dan pembangunan jalur kereta api.
“Meskipun pelopornya BUMN, tetapi tidak menutup kemungkinan perusahaan swasta bisa mengambil peluang yang ada, sehingga kita bisa berkontribusi menyediakan sarana transportasi darat yang lebih baik bagi masyarakat Bangladesh,” tutur Ferdy.
Presiden Kamar Dagang dan Industri Indonesia-Bangladesh (IBCCI) Mohammed Riyadh Ali menyambut baik inisiatif Indonesia untuk meningkatkan kerja sama di bidang transportasi, untuk menunjang pembangunan jembatan, jalan tol, dan jalur kereta api yang dilakukan Bangladesh.
“Bangladesh sudah lama menggunakan produk India dan kami menyadari bahwa kualitas produk Indonesia lebih bagus daripada India. Produk Indonesia kualitasnya sama dengan produk Jepang dan Korea, bahkan harganya lebih kompetitif untuk bus atau gerbong penumpang,” kata dia.
Sebagai Presiden IBCCI, Riyadh siap membantu menghubungkan pemerintah dan pelaku bisnis Indonesia dengan mitranya di Bangladesh, untuk memperkuat kerja sama ekonomi kedua negara.