Uskup: Tenaga medis teladan solidaritas di tengah pandemi COVID-19
Minggu, 5 April 2020 12:48 WIB
Suasana Misa Minggu Palma secara daring dipimpin Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubiyatmoko di Kapel Santo Ignatius Loyola, Kompleks Wisma Uskup di Semarang, Minggu (5/4/2020). (ANTARA/HO-Komsos KAS)
Magelang (ANTARA) - Peranan tenaga medis di garis terdepan dalam penanganan pasien virus corona baru menjadi teladan konkret semua orang terkait dengan solidaritas di tengah pandemi COVID-19, kata Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubiyatmoko.
"Contoh yang paling konkret adalah teman-teman kita, saudara-saudara kita, tenaga medis, meskipun memiliki atau menghadapi risiko yang sangat tinggi untuk keselamatan diri dan keluarganya, tetap berani dan mau bekerja melayani para pasien," katanya dalam khotbah Misa Minggu Palma secara daring yang diikuti di Magelang, Minggu.
Misa Minggu Palma secara daring dipimpin Monsiyur Ruby dari Kapel Santo Ignatius Loyola, Kompleks Wisma Uskup Agung Semarang itu, sebagai pembuka masa Pekan Suci Paskah 2020 yang dijalani umat Katolik sedunia.
Baca juga: Keuskupan Semarang sementara tiadakan Misa Mingguan
Baca juga: Uskup Agung: Kegiatan massal selain ibadah gereja dibatasi
Rangkaian ibadat Pekan Suci Paskah, meliputi Misa Minggu Palma mengenang Yesus disambut umat memasuki Kota Yerusalem, Kamis Putih memperingati Yesus bersama para rasul melakukan perjamuan malam terakhir sebelum disalib, Jumat Agung merenungkan kematian Yesus melalui jalan penyaliban, dan Minggu Paskah untuk merayakan kebangkitan Yesus dari kematian yang dipercaya umat Kristiani sebagai jalan penebusan manusia dari dosa.
Khotbah Uskup Ruby pada Misa Minggu Palma itu terkait dengan semangat solidaritas yang diwujudkan Allah Bapa kepada manusia agar terbebas dari dosa melalui Putra-Nya (Yesus Kristus) yang wafat disalib.
"Ia (Yesus, red.) rela mengalaminya, rela menderita, rela disalibkan dan wafat karena ingin melaksanakan kehendak Allah Bapa-Nya yang ingin menyelamatkan umat manusia yang berdosa. Penderitaan dan wafat di kayu salib menjadi tanda solidaritas yang nyata dari Allah Bapa kepada kita manusia yang penuh dengan kesulitan, penuh dengan kedosaan," katanya.
Ia menyebut pandemi COVID-19 membuat banyak orang mengalami kesusahan, antara lain karena sakit dan masalah ekonomi, sehingga dibutuhkan solidaritas umat untuk berkorban bagi kepentingan orang lain.
Ia memuji orang-orang yang dalam keadaan pandemi saat ini, dengan berani dan menerapkan ketentuan, tetap memberikan pelayanan terbaik kepada publik.
"Saya salut kepada 'panjenengan' (anda) semua yang bekerja untuk kepentingan umum, melalui berbagai macam pelayanan publik, sebagai karyawan di swalayan, di warung, di toko, di POM bensin, di pasar, tempat-tempat yang riskan untuk kesehatan kita di masa sekarang ini. Namun, anda semua berani untuk berkorban, inilah pengorbanan yang sangat luar biasa dan pantas kita acungi jempol dan ucapan terima kasih," katanya.
Ia mengatakan sekarang ini tidak sedikit umat dan masyarakat umum mulai bergerak untuk menyediakan alat pelindung diri bagi para tenaga medis agar mereka terlindungi dari segala macam bahaya pandemi.
Umat Katolik di paroki-paroki di Keuskupan Agung Semarang yang wilayah kegembalaannya meliputi sebagian Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu, juga mulai membuat lumbung pangan untuk bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
"Di antara kita pun, umat paroki di KAS khususnya, mulai bergerak untuk menciptakan lumbung-lumbung pangan, mengumpulkan pangan di lingkungan masing-masing, di tempat masing-masing, disediakan bagi mereka yang nanti membutuhkannya," katanya.
Ia mengemukakan berbagai terobosan secara nyata dilakukan umat untuk mewujudkan solidaritas kepada sesama yang mengalami kesulitan akibat pandemi COVID-19.
Solidaritas umat itu, ujarnya, sebagai imbangan atas kepedulian Allah kepada manusia.
"Semoga kehadiran kita, uluran tangan kita, menjadi tanda kasih dan solidaritas Allah bagi mereka. Marilah kita mensyukuri rahmat Tuhan dan memohon supaya kita dimampukan untuk berbagi, mewujudkan solidaritas Allah kepada sesama kita," kata Uskup.
"Contoh yang paling konkret adalah teman-teman kita, saudara-saudara kita, tenaga medis, meskipun memiliki atau menghadapi risiko yang sangat tinggi untuk keselamatan diri dan keluarganya, tetap berani dan mau bekerja melayani para pasien," katanya dalam khotbah Misa Minggu Palma secara daring yang diikuti di Magelang, Minggu.
Misa Minggu Palma secara daring dipimpin Monsiyur Ruby dari Kapel Santo Ignatius Loyola, Kompleks Wisma Uskup Agung Semarang itu, sebagai pembuka masa Pekan Suci Paskah 2020 yang dijalani umat Katolik sedunia.
Baca juga: Keuskupan Semarang sementara tiadakan Misa Mingguan
Baca juga: Uskup Agung: Kegiatan massal selain ibadah gereja dibatasi
Rangkaian ibadat Pekan Suci Paskah, meliputi Misa Minggu Palma mengenang Yesus disambut umat memasuki Kota Yerusalem, Kamis Putih memperingati Yesus bersama para rasul melakukan perjamuan malam terakhir sebelum disalib, Jumat Agung merenungkan kematian Yesus melalui jalan penyaliban, dan Minggu Paskah untuk merayakan kebangkitan Yesus dari kematian yang dipercaya umat Kristiani sebagai jalan penebusan manusia dari dosa.
Khotbah Uskup Ruby pada Misa Minggu Palma itu terkait dengan semangat solidaritas yang diwujudkan Allah Bapa kepada manusia agar terbebas dari dosa melalui Putra-Nya (Yesus Kristus) yang wafat disalib.
"Ia (Yesus, red.) rela mengalaminya, rela menderita, rela disalibkan dan wafat karena ingin melaksanakan kehendak Allah Bapa-Nya yang ingin menyelamatkan umat manusia yang berdosa. Penderitaan dan wafat di kayu salib menjadi tanda solidaritas yang nyata dari Allah Bapa kepada kita manusia yang penuh dengan kesulitan, penuh dengan kedosaan," katanya.
Ia menyebut pandemi COVID-19 membuat banyak orang mengalami kesusahan, antara lain karena sakit dan masalah ekonomi, sehingga dibutuhkan solidaritas umat untuk berkorban bagi kepentingan orang lain.
Ia memuji orang-orang yang dalam keadaan pandemi saat ini, dengan berani dan menerapkan ketentuan, tetap memberikan pelayanan terbaik kepada publik.
"Saya salut kepada 'panjenengan' (anda) semua yang bekerja untuk kepentingan umum, melalui berbagai macam pelayanan publik, sebagai karyawan di swalayan, di warung, di toko, di POM bensin, di pasar, tempat-tempat yang riskan untuk kesehatan kita di masa sekarang ini. Namun, anda semua berani untuk berkorban, inilah pengorbanan yang sangat luar biasa dan pantas kita acungi jempol dan ucapan terima kasih," katanya.
Ia mengatakan sekarang ini tidak sedikit umat dan masyarakat umum mulai bergerak untuk menyediakan alat pelindung diri bagi para tenaga medis agar mereka terlindungi dari segala macam bahaya pandemi.
Umat Katolik di paroki-paroki di Keuskupan Agung Semarang yang wilayah kegembalaannya meliputi sebagian Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu, juga mulai membuat lumbung pangan untuk bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
"Di antara kita pun, umat paroki di KAS khususnya, mulai bergerak untuk menciptakan lumbung-lumbung pangan, mengumpulkan pangan di lingkungan masing-masing, di tempat masing-masing, disediakan bagi mereka yang nanti membutuhkannya," katanya.
Ia mengemukakan berbagai terobosan secara nyata dilakukan umat untuk mewujudkan solidaritas kepada sesama yang mengalami kesulitan akibat pandemi COVID-19.
Solidaritas umat itu, ujarnya, sebagai imbangan atas kepedulian Allah kepada manusia.
"Semoga kehadiran kita, uluran tangan kita, menjadi tanda kasih dan solidaritas Allah bagi mereka. Marilah kita mensyukuri rahmat Tuhan dan memohon supaya kita dimampukan untuk berbagi, mewujudkan solidaritas Allah kepada sesama kita," kata Uskup.
Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Gamelan Sekaten Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari dibawa ke Bangsal Pradangga Masjid Agung
09 September 2024 13:26 WIB