RS di Solo terisi 95 persen
Kamis, 8 Juli 2021 19:17 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta Siti Wahyuningsih saat memberikan keterangan kepada wartawan di Solo, Kamis (8/7/2021). ANTARA/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - Tingkat keterisian seluruh rumah sakit di Kota Solo hingga saat ini sudah mencapai 95 persen menyusul tingginya angka kasus COVID-19 di daerah tersebut.
"Saat ini ada 1.063 tempat tidur yang terisi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta Siti Wahyuningsih di Solo, Kamis.
Ia mengatakan mengenai langkah konversi tempat tidur pasien oleh rumah sakit tidak mudah dilakukan mengingat ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini tenaga kesehatan juga harus dipikirkan. Selain itu, dikatakannya, yang tidak kalah penting adalah biaya operasionalnya.
"Kalau rumah sakit semangatnya luar biasa tetapi kalau masyarakatnya tidak patuh kan kasusnya tidak akan berkurang," katanya.
Sementara itu, mengenai tenda yang terpasang di sejumlah halaman rumah sakit, menurut dia untuk mengantisipasi agar pasien yang antre dapat terlindungi.
"Tenda itu asumsi saya agar jangan ada (pasien) yang keleleran (terlantar) di emper," katanya.
Ia mempersilahkan rumah sakit jika ingin mengajukan kebutuhan tenda kepada Pemerintah Kota Surakarta.
"Kami masih ada stok, rumah sakit yang butuh silahkan ambil. Kalau sejauh ini yang sudah pasang ada tujuh rumah sakit. Namun begitu ada tenda masyarakat langsung datang, ini juga membuat RS dilema. Nambahin tenda tetapi tenaganya 'nggak' ada," katanya.
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu datang ke rumah sakit jika tidak dalam situasi darurat.
"Masyarakat kalau 'nggak' penting banget 'nggak' usah ke rumah sakit, termasuk kalau pasien sudah bisa pulang ya segera pulang," katanya.
Baca juga: Bupati: Keterisian tempat tidur di Banyumas capai 88,78 persen
Baca juga: Kota Semarang terus tambah tempat tidur pasien COVID-19
"Saat ini ada 1.063 tempat tidur yang terisi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta Siti Wahyuningsih di Solo, Kamis.
Ia mengatakan mengenai langkah konversi tempat tidur pasien oleh rumah sakit tidak mudah dilakukan mengingat ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini tenaga kesehatan juga harus dipikirkan. Selain itu, dikatakannya, yang tidak kalah penting adalah biaya operasionalnya.
"Kalau rumah sakit semangatnya luar biasa tetapi kalau masyarakatnya tidak patuh kan kasusnya tidak akan berkurang," katanya.
Sementara itu, mengenai tenda yang terpasang di sejumlah halaman rumah sakit, menurut dia untuk mengantisipasi agar pasien yang antre dapat terlindungi.
"Tenda itu asumsi saya agar jangan ada (pasien) yang keleleran (terlantar) di emper," katanya.
Ia mempersilahkan rumah sakit jika ingin mengajukan kebutuhan tenda kepada Pemerintah Kota Surakarta.
"Kami masih ada stok, rumah sakit yang butuh silahkan ambil. Kalau sejauh ini yang sudah pasang ada tujuh rumah sakit. Namun begitu ada tenda masyarakat langsung datang, ini juga membuat RS dilema. Nambahin tenda tetapi tenaganya 'nggak' ada," katanya.
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu datang ke rumah sakit jika tidak dalam situasi darurat.
"Masyarakat kalau 'nggak' penting banget 'nggak' usah ke rumah sakit, termasuk kalau pasien sudah bisa pulang ya segera pulang," katanya.
Baca juga: Bupati: Keterisian tempat tidur di Banyumas capai 88,78 persen
Baca juga: Kota Semarang terus tambah tempat tidur pasien COVID-19
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Keterisian ruang isolasi COVID-19 di RSUD Bendan Pekalongan lampaui kapasitas
18 June 2021 15:46 WIB, 2021