Jakarta (ANTARA) - Pandemi telah memaksa anak-anak untuk terus berkegiatan di dalam rumah saja. Mulai dari belajar, bermain bahkan bersosialisasi. Hal tentu membuat anak menjadi bosan dan menyebabkan mereka murung tak lagi ceria.

Terkait dengan hal ini, Konsultan Tumbuh Kembang Anak dokter spesialis anak Soedjatmiko dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan setidaknya ada 4 hal dasar yang harus orang tua jaga agar anak tetap ceria dan sejalan serta mendukung tema Hari Anak Nasional (HAN) 2021 “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”.

Ada pun empat hal itu adalah nutrisi, stimulasi, proteksi, dan juga evaluasi yang keempatnya harus terpenuhi sehingga dapat menghasilkan tumbuh kembang anak yang optimal.

“Pertama ini nutrisi, asupan makanan dan minuman ini penting. Nutrisi ini termasuk juga perlindungan untuk mencegah anak terpapar COVID-19. Berikan asupan nutrisi terbaik untuk si kecil. Untuk yang masih menyusui tentu ASI itu perlu ya, berikan ASI kepada bayi secara eksklusif. Berikan nutrisi yang tepat agar otak anak atau hardware- nya bisa bekerja dengan maksimal,” kata dokter Soedjatmiko dalam sebuah konferensi pers virtual, ditulis Kamis.

Nutrisi yang baik untuk anak di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini di antaranya adalah protein, serat, hingga vitamin.

Makanan yang bisa diberikan seperti ikan, ayam, kacang kedelai, kacang tanah, buah- buahan, hingga sayur- sayuran hijau.

Dokter yang tergabung juga dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu selanjutnya menjelaskan hal kedua yang perlu diperhatikan oleh orang tua dan wajib terpenuhi adalah stimulasi.

Jika nutrisi adalah hardware, maka stimulasi adalah software yang mampu mengaktifkan fungsi dan kinerja otak. Semakin banyak stimulasi yang diberikan tentunya kinerja otak dapat maksimal.

Stimulasi ini merupakan kegiatan yang bisa mengoptimalkan kinerja tubuh anak untuk merespon dan bertindak, hal yang paling mudah dilakukan untuk menstimulasi anak adalah orang tua mengajak anak bermain setiap hari atau lewat pemberian pujian untuk pencapaian yang dilakukan oleh anak.

Dalam penelitian yang dipaparkan UNICEF lewat Kajian Sistematik Program Pengasuhan Anak dari Negara Berpendapatan Rendah dan Menengah pada 2014 didapati dari 105 anak yang menjadi objek penelitian, stimulasi lewat bermain bersama orang tua untuk anak berusia 1-3 tahun rupanya berhasil meningkatkan tingkat kognitif anak, meningkatkan kemampuan bicara, hingga meningkatkan respon emosi yang dialami oleh pengasuh.

Cara paling mudah untuk mewujudkan stimulasi ini adalah orang tua bisa menyiapkan beragam benda- benda umum seperti sendok, tutup gelas, sisir, kertas, tisu atau menyiapkan benda khusus seperti boneka, puzzle, alat masak- masakan, hingga pensil warna.

Benda- benda itu dikelompokkan bisa ke dalam boks kardus bekas atau kantong khusus lalu biarkan anak memilih, memainkan dan mengembalikan mainan-mainan itu ke kelompoknya.



Dengan menyediakan banyak benda untuk menstimulasi anak, orang tua bisa lebih cepat melihat minat dan bakat buah hati sedari dini.

“Sesibuk apapun orang tua, proses stimulasi itu bisa dijalankan. Misalnya seperti saat ini orang tuanya kerja virtual, ajak anaknya duduk di sebelahnya lalu minta dia menggambar dan mewarnai kegiatan yang dilakukan orang tuanya. Jangan lupa juga dipuji agar kemampuan emosi buah hati juga berkembang. Jadi tidak ada alasan ya orang tua atau keluarga tidak bisa bermain dengan anak,” kata dokter Soedjatmiko.

Ketiga adalah proteksi, proteksi merupakan langkah orang tua melindungi buah hati dari serangan virus atau bakteri yang tidak kasat mata hingga perlindungan dari kekerasan fisik maupun verbal.

Dari perlindungan kesehatan, orang tua wajib memenuhi kebutuhan imunisasi rutin. Imunisasi seperti DPT, hepatitis, campak dan rubella, hingga Polio itu tidak boleh terlewatkan.

Saat ini banyak fasilitas kesehatan dari Pemerintah yang terdekat adalah puskesmas atau posyandu yang menyediakan layanan imunisasi wajib dan gratis untuk buah hati.

Khusus di masa pandemi COVID-19, anak- anak di atas usia 12 tahun disarankan agar bisa juga menerima vaksin COVID-19 agar bisa menambah kekebalan imun tubuh dari paparan SARS-CoV-2 mengingat saat ini anak- anak termasuk dalam kategori yang rentan terpapar.

Dalam data IDAI, kurang lebih kasus anak yang terpapar COVID-19 mencapai 11 persen.

“Lalu bagaimana dengan anak yang di bawah 12 tahun? Untuk kondisi saat ini, seluruh keluarga wajib divaksin. Ini cara terbaik untuk memproteksi anak yang belum bisa menerima vaksin COVID-19 agar tidak terpapar,” ujar dokter Soedjatmiko.

Ia pun mengingatkan agar keluarga senantiasa mengajarkan dan memberi contoh kepada si kecil untuk taat menjalankan protokol kesehatan 5M yaitu mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

Dari sisi proteksi fisik, orang tua wajib terus mengawasi anak agar tidak jatuh hingga cedera.

Pastikan anak juga terhindar dari kekerasan berupa kekerasan fisik atau pun verbal.

Hal terakhir yang perlu diperhatikan oleh orang tua adalah evaluasi. Evaluasi menjadi penting agar orang tua bisa mendampingi tumbuh kembang anak ke arah yang sesuai dengan minat dan bakat anak.

“Dengarkan pendapat anak,biasanya kita bisa menemukan masalah dari pendapat anak. Masalah yang ada tentu kita harus bantu. Pada Hari Anak Nasional ini kita perlu mengingat semua keluarga harus bisa memenuhi hak-hak anak. Hal itu agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang unggul, sehat, kuat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, berperilaku baik dan menjadi generasi emas bangsa,” tutup dokter Soedjatmiko.

Dengan menjaga keempat hal tersebut terpenuhi, maka dapat dipastikan anak bisa bertumbuh dengan optimal sesuai standar pengasuhan yang layak. Orang tua pun dapat mengaktualisasikan diri karena telah berhasil mendidik anak menjadi masa depan penerus bangsa yang unggul dan kompeten,