Cegah intoleransi di Solo, Wahid Foundation deklarasi Desa Damai
Sabtu, 9 Oktober 2021 20:31 WIB
Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid saat berbincang dengan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka di Solo, Sabtu (9/10/2021). ANTARA/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - Organisasi kemanusiaan Wahid Foundation berupaya mencegah intoleransi di Solo, Jawa Tengah, melalui Deklarasi Desa Damai yang diselenggarakan di Taman Pringgodani, Kelurahan Jebres, Solo, Sabtu.
Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid di Solo, Sabtu, mengatakan pemilihan daerah tersebut sebagai Desa Damai karena dari hasil evaluasi yang dilakukan pernah terjadi kasus radikalisme dan intoleransi di kawasan itu.
"Makanya kami masuk untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Ini juga dilakukan di semua provinsi dan kota yang ada kasusnya. Dengan demikian, lebih mudah membandingkan kasusnya," katanya.
Baca juga: Wahid Foundation: generasi muda perlu kritis hadapi disrupsi teknologi
Ia mengatakan jika dibandingkan dengan daerah lain, kasus intoleransi di Kota Solo relatif rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan Wahid Foundation, kasus intoleransi yang paling tinggi terjadi di Jakarta dan Jawa Barat.
"Jateng cenderung lebih landai. Kalau kita mengukur data agregat, bukan hanya satu fokus, toleransi di Solo secara keseluruhan cukup tinggi," katanya.
Menurut dia, dengan Program Desa Damai diharapkan dapat menciptakan mental positif di tengah masyarakat.
"Tidak mudah terpancing, terprovokasi, warga sudah dikuatkan. Penguatan ekonomi, pelatihan tentang toleransi, penghormatan terhadap keberagaman, dan penguatan peran perempuan. Evaluasi juga harus dilakukan terus-menerus," katanya.
Selain itu, katanya, pada program tersebut anak muda akan diajak bermain peran.
"Ketika dihadapkan pada skenario, ada yang memainkan peran sebagai korban, pelaku intoleran, tokoh agama, pejabat pemerintah. Dengan demikian, mereka langsung diajak memahami dan membentuk empati," katanya.
Ia mengatakan langkah tersebut penting mengingat saat ada sebagian masyarakat yang hanya dicekoki oleh satu narasi.
"Kadang warga 'nggak' tahu, hanya dicekoki satu narasi saja, narasi tentang kafir, jihad, hanya agama tertentu yang bisa membawa kebenaran. Dalam konteks bernegara harus ada rasa saling memahami dan menghormati," katanya.
Baca juga: Wahid Foundation ajak generasi milenial perkuat toleransi
Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid di Solo, Sabtu, mengatakan pemilihan daerah tersebut sebagai Desa Damai karena dari hasil evaluasi yang dilakukan pernah terjadi kasus radikalisme dan intoleransi di kawasan itu.
"Makanya kami masuk untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Ini juga dilakukan di semua provinsi dan kota yang ada kasusnya. Dengan demikian, lebih mudah membandingkan kasusnya," katanya.
Baca juga: Wahid Foundation: generasi muda perlu kritis hadapi disrupsi teknologi
Ia mengatakan jika dibandingkan dengan daerah lain, kasus intoleransi di Kota Solo relatif rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan Wahid Foundation, kasus intoleransi yang paling tinggi terjadi di Jakarta dan Jawa Barat.
"Jateng cenderung lebih landai. Kalau kita mengukur data agregat, bukan hanya satu fokus, toleransi di Solo secara keseluruhan cukup tinggi," katanya.
Menurut dia, dengan Program Desa Damai diharapkan dapat menciptakan mental positif di tengah masyarakat.
"Tidak mudah terpancing, terprovokasi, warga sudah dikuatkan. Penguatan ekonomi, pelatihan tentang toleransi, penghormatan terhadap keberagaman, dan penguatan peran perempuan. Evaluasi juga harus dilakukan terus-menerus," katanya.
Selain itu, katanya, pada program tersebut anak muda akan diajak bermain peran.
"Ketika dihadapkan pada skenario, ada yang memainkan peran sebagai korban, pelaku intoleran, tokoh agama, pejabat pemerintah. Dengan demikian, mereka langsung diajak memahami dan membentuk empati," katanya.
Ia mengatakan langkah tersebut penting mengingat saat ada sebagian masyarakat yang hanya dicekoki oleh satu narasi.
"Kadang warga 'nggak' tahu, hanya dicekoki satu narasi saja, narasi tentang kafir, jihad, hanya agama tertentu yang bisa membawa kebenaran. Dalam konteks bernegara harus ada rasa saling memahami dan menghormati," katanya.
Baca juga: Wahid Foundation ajak generasi milenial perkuat toleransi
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024