Semarang (ANTARA) -
Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengatakan budidaya maggot atau larva lalat black soldier fly (BSF) bisa menjadi salah satu solusi dalam pengurangan tumpukan sampah organik, termasuk mampu mengubah perilaku masyarakat dalam memilah sampah.

"Budidaya maggot mampu mengubah perilaku masyarakat terhadap sampah sehingga hal itu menarik sebagai salah satu upaya menyelamatkan Bumi karena bisa mengurangi sampah," kata Taj Yasin di Semarang, Rabu.

Wagub yang akrab disapa Gus Yasin itu menjelaskan bahwa budidaya maggot bisa mengurangi sampah, terutama sampah organik hingga 80 persen.

"Dengan pengurangan sampah yang bisa sampai 80 persen, tidak ada yang terbuang," ujarnya.
 
Baca juga: Maggot jadi solusi sampah organik Ibu Kota

Baca juga: Mahasiswa Untag Surabaya Kenalkan Briket Berbahan Sampah Organik

Dengan kebutuhan sampah organik yang besar untuk budidaya maggot, Wagub yakin suatu saat tempat pembuangan akhir (TPA) bisa tidak terlalu dibutuhkan.

Hal ini karena sampah organik telah diserap oleh masyarakat sendiri sebagai bahan dasar pakan maggot.

"Maka saya berharap bukan hanya maggotnya dari sisi ekonomi yang diharapkan juga perubahan budaya masyarakat untuk memilah dan seterusnya," katanya.

Seorang pembudidaya maggot di Desa Kalisapu, Slawi, Afifudin menambahkan untuk menghasilkan 50 kilogram maggot per hari, dibutuhkan sampah organik sebanyak 500 kilogram.

Untuk memenuhi kebutuhan itu, dirinya memperoleh sampah organik dari dua perumahan, dua pondok pesantren dan kekurangannya mencari di pasar terdekat.

Sampah itu selanjutnya dipilah, dan dimasukkan ke ember tertutup sehingga tidak terlalu menimbulkan bau, kemudian difermentasi dan dua sampai tiga hari kemudian diberikan untuk pakan maggot.