Curah hujan tinggi, BPBD Boyolali minta masyarakat waspada
Selasa, 27 Desember 2022 14:06 WIB
Kepala BPBD Kabupaten Boyolali Widodo Munir memberikan keterangan kesiapasiagaan menghadapi cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi di Kantor BPBD Boyolali, Selasa (27/12/2022). ANTARA/Bambang Dwi Marwoto.
Boyolali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat meminta masyarakat tetap siaga dan mewaspadai musim hujan intensitas tinggi yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi pada bulan Desember 2022.
Kepala BPBD Kabupaten Boyolali Widodo Munir di Boyolali, Selasa, meminta masyarakat Boyolali agar siap dan siaga terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi.
Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembapan. Bentuk bencana hidrometeorologi berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, hingga gelombang panas.
"Kami menyampaikan masyarakat Boyolali, sebagaimana Surat Keputusan (SK) Bupati Boyolali Nomor.360/83/2022, tentang Penetapan Status Siaga Keadaan Darurat Bencana Alam Angin Kencang, Tanah Longsor, Banjir, dan Hujan," kata Widodo Munir.
Dia menilai pada akhir Desember ini akan terjadi puncak hujan di wilayah Boyolali, bencana angin kencang atau angin puting beliung sudah terbukti terjadi di berbagai tempat wilayah ini, termasuk tanah longsor, dan banjir.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat harus siaga dan waspada menghadapi kemungkinan bencana tersebut. Apabila terjadi hujan deras yang disertai angin ketika masyarakat ketika dalam perjalanan diminta berteduh di tempat yang kira-kira aman.
"Jangan sampai ketika kita dalam perjalanan tertimpa pohon tumbang karena hujan angin," katanya.
Selain itu, masyarakat yang tinggal dekat tebing-tebing tinggi ketika turun hujan deras harus waspada dan lebih baik jangan istirahat yang mendekati tebing itu, karena bisa saja sewaktu-waktu terjadi tanah longsor yang menimpa rumahnya.
"Kami mengimbau masyarakat yang tinggal dekat tebing sejauh mungkin dihindari karena jika turun hujan deras rawan tanah longsor," katanya.
Berdasarkan data bencana alam tanah longsor di BPBD Boyolali, Oktober hingga Desember ini, tercatat ada 16 kejadian antara lain di Kecamatan Selo empat kali, Cepogo (2), Musuk (2), Ngemplak (1), Wonosegoro (1), Wonosamodro (3), dan Gladagsari (2). Bencana banjir terjadi di Kecamatan kemusu (1) dan Wonosegoro (1). Sedangkan, bencana angin kencang terjadi di Kecamatan Simo (1), Andong (1), dan Wonosegoro (2).
Namun, kejadian itu, tidak sampai ada korban jiwa. Kejadian bencana ini, kata dia, menjadi pengalaman bersama tetap waspada dan tetap berdoa.
"Meskipun, terjadi bencana alam di wilayah Boyolali, tetapi mudah-mudahan tidak menimbulkan korban jiwa, sehingga kewaspadaan menjadi sangat penting untuk keselamatan warga masyarakat," ujarnya.*
Kepala BPBD Kabupaten Boyolali Widodo Munir di Boyolali, Selasa, meminta masyarakat Boyolali agar siap dan siaga terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi.
Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembapan. Bentuk bencana hidrometeorologi berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, hingga gelombang panas.
"Kami menyampaikan masyarakat Boyolali, sebagaimana Surat Keputusan (SK) Bupati Boyolali Nomor.360/83/2022, tentang Penetapan Status Siaga Keadaan Darurat Bencana Alam Angin Kencang, Tanah Longsor, Banjir, dan Hujan," kata Widodo Munir.
Dia menilai pada akhir Desember ini akan terjadi puncak hujan di wilayah Boyolali, bencana angin kencang atau angin puting beliung sudah terbukti terjadi di berbagai tempat wilayah ini, termasuk tanah longsor, dan banjir.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat harus siaga dan waspada menghadapi kemungkinan bencana tersebut. Apabila terjadi hujan deras yang disertai angin ketika masyarakat ketika dalam perjalanan diminta berteduh di tempat yang kira-kira aman.
"Jangan sampai ketika kita dalam perjalanan tertimpa pohon tumbang karena hujan angin," katanya.
Selain itu, masyarakat yang tinggal dekat tebing-tebing tinggi ketika turun hujan deras harus waspada dan lebih baik jangan istirahat yang mendekati tebing itu, karena bisa saja sewaktu-waktu terjadi tanah longsor yang menimpa rumahnya.
"Kami mengimbau masyarakat yang tinggal dekat tebing sejauh mungkin dihindari karena jika turun hujan deras rawan tanah longsor," katanya.
Berdasarkan data bencana alam tanah longsor di BPBD Boyolali, Oktober hingga Desember ini, tercatat ada 16 kejadian antara lain di Kecamatan Selo empat kali, Cepogo (2), Musuk (2), Ngemplak (1), Wonosegoro (1), Wonosamodro (3), dan Gladagsari (2). Bencana banjir terjadi di Kecamatan kemusu (1) dan Wonosegoro (1). Sedangkan, bencana angin kencang terjadi di Kecamatan Simo (1), Andong (1), dan Wonosegoro (2).
Namun, kejadian itu, tidak sampai ada korban jiwa. Kejadian bencana ini, kata dia, menjadi pengalaman bersama tetap waspada dan tetap berdoa.
"Meskipun, terjadi bencana alam di wilayah Boyolali, tetapi mudah-mudahan tidak menimbulkan korban jiwa, sehingga kewaspadaan menjadi sangat penting untuk keselamatan warga masyarakat," ujarnya.*
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2025