Legislator Semarang minta puskesmas proaktif awasi penjualan jajanan anak
Kamis, 2 Februari 2023 11:43 WIB
Arsip Foto. Siswa sekolah dasar membeli jajanan di lingkungan sekitar sekolah. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Semarang (ANTARA) - Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang Dyah Ratna Harimurti meminta puskesmas proaktif mengawasi penjualan jajanan anak di lingkungan sekolah.
"Karena jajanan anak-anak ini selalu berkembang ya, sekarang kan ada namanya 'chiki ngebul' yang viral. Makanya, puskesmas harus rajin turun ke lapangan untuk mengecek," katanya di Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
Jajanan "chiki ngebul" atau "nafas naga" yang menimbulkan sensasi dingin dan efek asap jika dikonsumsi dilaporkan menimbulkan gangguan kesehatan pada anak-anak yang memakannya di daerah Tasikmalaya, Ponorogo, dan Bekasi.
Dyah Ratna Harimurti, yang biasa disapa Detty, mengingatkan bahwa pemerintah harus mencegah penjualan jajanan yang bisa membahayakan kesehatan anak semacam itu.
"Karena kasihan juga. Anak-anak sudah dijaga makanannya di rumah, tapi ternyata di sekolah sembarangan jajan seperti itu. Peran serta seluruh pihak sangat dibutuhkan," katanya.
"Kita itu sebenarnya punya program ngecek makanan, jajanan di sekolah, termasuk di kantin sekolah. Ada tim dari puskesmas yang bertugas. Mereka ini harus aktif dan memberi sosialisasi," ia menambahkan.
Dia mengemukakan bahwa pemerintah juga mesti memberikan solusi dan melakukan edukasi kepada para pedagang jajanan supaya mereka bisa menghidupi keluarga dengan memperdagangkan jajanan yang sehat dan aman.
"Sebagai orang tua juga harus aktif berkomunikasi kepada anak, ada informasi apapun. Ada jajanan viral, misalnya, cari tahu, jelaskan pada anak. Jadi, anak-anak paham terhadap bahayanya," kata Detty.
Dinas Kesehatan Kota Semarang telah menyampaikan imbauan kepada para pedagang agar tidak menjajakan "chiki ngebul" serta memberikan penyuluhan kepada para pedagang jajanan mengenai bahaya makanan yang dicampuri nitrogen cair itu.
"Karena jajanan anak-anak ini selalu berkembang ya, sekarang kan ada namanya 'chiki ngebul' yang viral. Makanya, puskesmas harus rajin turun ke lapangan untuk mengecek," katanya di Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
Jajanan "chiki ngebul" atau "nafas naga" yang menimbulkan sensasi dingin dan efek asap jika dikonsumsi dilaporkan menimbulkan gangguan kesehatan pada anak-anak yang memakannya di daerah Tasikmalaya, Ponorogo, dan Bekasi.
Dyah Ratna Harimurti, yang biasa disapa Detty, mengingatkan bahwa pemerintah harus mencegah penjualan jajanan yang bisa membahayakan kesehatan anak semacam itu.
"Karena kasihan juga. Anak-anak sudah dijaga makanannya di rumah, tapi ternyata di sekolah sembarangan jajan seperti itu. Peran serta seluruh pihak sangat dibutuhkan," katanya.
"Kita itu sebenarnya punya program ngecek makanan, jajanan di sekolah, termasuk di kantin sekolah. Ada tim dari puskesmas yang bertugas. Mereka ini harus aktif dan memberi sosialisasi," ia menambahkan.
Dia mengemukakan bahwa pemerintah juga mesti memberikan solusi dan melakukan edukasi kepada para pedagang jajanan supaya mereka bisa menghidupi keluarga dengan memperdagangkan jajanan yang sehat dan aman.
"Sebagai orang tua juga harus aktif berkomunikasi kepada anak, ada informasi apapun. Ada jajanan viral, misalnya, cari tahu, jelaskan pada anak. Jadi, anak-anak paham terhadap bahayanya," kata Detty.
Dinas Kesehatan Kota Semarang telah menyampaikan imbauan kepada para pedagang agar tidak menjajakan "chiki ngebul" serta memberikan penyuluhan kepada para pedagang jajanan mengenai bahaya makanan yang dicampuri nitrogen cair itu.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Pendidikan
Lihat Juga
Raih predikat "Unggul", UIN Walisongo bertekad wujudkan pendidikan bermutu
14 November 2024 14:15 WIB