Semarang (ANTARA) - Berkarier sebagai pendidik sejak tahun 1998 menjadi hal yang tak mudah bagi Sigit Kindarto, Fasilitator Program Pintar Tanoto Foundation. Sigit, begitulah panggilan akrabnya, mengawali karier di SMP Islam Al-Irsyad.
Sepanjang masa berkariernya, SMPN 7 Cilacaplah yang menjadi sekolah tempatnya mengajar terlama, yakni lebih dari 14 tahun. Tepat pada 4 Oktober 2022 ia dipromosikan sebagai Kepala SMP Negeri 2 Kedungreja, Cilacap.
Bagi Sigit, selama rentang waktu dari masa lalu hingga sekarang, tuntutan terhadap para guru dalam bidang pendidikan telah melibatkan banyak aspek yang harus dipenuhi. Fokus utamanya adalah agar peserta didik dapat dengan efektif menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
Menurutnya, inovasi dalam pendekatan pengajaran dan proses pendidikan menjadi suatu hal yang sangat penting bagi setiap guru. Hal ini disebabkan oleh pemahaman bahwa pendidikan bukanlah sesuatu yang memberikan hasil instan, melainkan sebuah investasi jangka panjang. Dampak dari upaya pendidikan yang dilakukan saat ini baru akan terlihat dalam kurun waktu 20-25 tahun mendatang.
Bertolak dari pemahaman tersebut, Sigit berprinsip bahwa inovasi pendidikan adalah jalan keluar yang dapat dilakukan untuk mengurai hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh guru selama ini. Beberapa inovasi yang dicetuskannya, seperti:
1. Pemanfaatan ColorNote
ColorNote merupakan aplikasi yang dapat digunakan sebagai strategi untuk membantu peserta didik dalam menulis dengan suara. Dengan cara ini, peserta didik yang memiliki kesulitan dalam menulis atau membuat laporan dapat mengatasi kendala tersebut dengan mengungkapkan pikiran, pengalaman, dan perasaan mereka melalui suara yang akan diubah menjadi tulisan.
2. Bintang Prestasi
Melalui program ini, peserta didik diajarkan pentingnya sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam masyarakat. Program ini melibatkan pemberian penghargaan kepada setiap peserta didik yang berperilaku jujur dengan mengembalikan barang temuan atau barang yang bukan miliknya ke sekolah. Selain itu, penghargaan juga diberikan kepada peserta didik yang melakukan tindakan baik atau membantu orang lain dalam kesulitan.
3. Kesamaptaan dan Kepemimpinan Bela Negara
Kesamaptaan dan Kepemimpinan Bela Negara adalah upaya untuk membentuk karakter disiplin pada peserta didik dengan kerjasama pihak ketiga yang memiliki kompetensi di bidangnya, yaitu Kodim 0703 Cilacap. Program ini melibatkan latihan fisik, seperti Pelatihan Baris-Berbaris (PBB), kepemimpinan, teknik bertahan, semangat nasionalisme, dan kegiatan outbond.
Kontribusi pada Sesama Guru
Inovasi juga dilakukan Sigit dalam membantu sesama guru dengan menginisiasi pendirian Gerakan Komunitas Guru Menulis (K’Gum) di Cilacap. Inisiatif ini hadir sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi oleh para guru dalam memenuhi persyaratan program pengembangan diri guna meraih kenaikan pangkat. Kendala-kendala tersebut meliputi proses yang rumit dan memakan waktu ketika guru ingin mencatat gagasan dan ide utama mereka dalam pembuatan buku dengan ISBN atau dalam bentuk tulisan di Jurnal Penelitian.
Sigit menjelaskan, "Biaya yang dibutuhkan untuk semua itu cukup mahal, setidaknya sekitar 2 juta. Kendala sulit, rumit, dan mahal ini telah diungkapkan oleh tokoh-tokoh senior di bidang literasi yang sudah memahami proses penerbitan buku dan jurnal penelitian di Kabupaten Cilacap.”
Pada awal tahun 2018, Sigit mendapat kesempatan untuk mengikuti Diklat Penulisan Sejarah yang diadakan oleh Bidang Kebudayaan Kemdikbud, berlangsung selama 4 hari di Semarang. Meskipun proses diklat berjalan lancar, manfaat utamanya adalah ia bertemu dengan seorang peserta bernama Kiki Ratnaning Arimbi dari Sidoarjo, yang selain sebagai pendidik juga memiliki minat dalam penerbitan buku dan majalah.
Berdasarkan diskusi yang dilakukan, Sigit menyadari bahwa proses penerbitan buku dengan nomor ISBN (International Serial Book Number) ternyata relatif singkat, sederhana, dan tidak terlalu mahal. Dari sinilah pada tanggal 1 Desember 2018, ia mulai mengajak rekan-rekannya yang berbagi pandangan serupa untuk membantu mengatasi hambatan yang dihadapi oleh rekan guru dalam pengembangan diri. Maka didirikanlah Komunitas Guru Menulis (K'Gum).
Saat ini, K'Gum sedang berfokus pada potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan pada murid-muridnya, terutama dalam bidang jurnalisme. Tahap selanjutnya yang diambil oleh K'Gum adalah membentuk Dewan Redaksi yang dipimpin oleh Wuri Handayani, S.Pd. Pada tanggal 31 Desember 2021, Komunitas Guru Menulis mendirikan anak perusahaan bernama "Majalah Cahya Widya". Majalah ini ditujukan untuk para murid tingkat SD dan SMP. Isi rubrik majalah ini diperoleh dari tulisan-tulisan yang dikirimkan oleh siswa-siswa SD dan SMP dari seluruh Kabupaten Cilacap.
Manfaatkan Peran sebagai Fasilitator Daerah
Menjadi Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation membuka pandangannya bahwa yang sudah dilakukan masih belum berakhir. Terus berinovasi sebagai pendidik adalah suatu kewajiban yang harus ditekuni. Untuk menjaga konsistensinya dalam hal ini, Sigit memberikan pesan kepada pemerintah dan rekan-rekan guru bahwa kejujuran adalah kunci menjalani hidup dengan baik. Oleh karena itu, dia berharap bahwa sistem pendidikan yang dijalankan harus mampu memasukkan nilai-nilai kejujuran ini secara terus-menerus ke dalam pola pikir dan perilaku para murid. Berbagai strategi diperlukan agar prinsip-prinsip kejujuran ini dapat diterapkan pada para siswa.
"Integritas yang melekat pada siswa menjadi bekal mereka di masa depan dalam memimpin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tanggung jawab mereka akan dijalankan sesuai dengan aturan dan misi dari lembaga yang dipimpinnya," harapnya.
Sigit menegaskan bahwa dengan memiliki karakter jujur, hasilnya akan bermanfaat bagi masyarakat melalui potensi intelektual yang dimiliki oleh setiap siswa. Selain itu, dengan pesatnya perkembangan proses pembelajaran dan pendidikan saat ini, sebagai guru, sangat penting untuk terus membuka diri dan terus belajar.
"Sebagai pendidik, kita sebaiknya bertindak sebagai fasilitator dan penengah dalam proses pembelajaran, bukan lagi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Kita harus memiliki mentalitas yang terbuka, memberikan siswa kebebasan untuk mengeksplorasi pengetahuan yang telah tersedia di berbagai sumber pembelajaran," demikian tutupnya.
Dengan statusnya sebagai fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation, saat ini Sigit bersama 4 rekan pendidik dan kepala sekolah lainnya membentuk komunitas belajar yang bernama Innovative Team. Ia bersama komunitasnya membuat proyek perubahan dengan tema “Peningkatan Literasi Murid dengan Memanfaatkan ClassPoint yang terintegrasi Microsite S.id”.
Ia menuturkan proyek perubahan yang digagas bersama fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation lainnya itu akan didiseminasikan ke forum Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di Kabupaten Cilacap. ***