Purwokerto (ANTARA) - Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Novrizal Tahar menekankan pentingnya memperkuat kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai rekanan domestik dan internasional dalam mendorong pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan.

"Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang luar biasa dari dampak perubahan iklim, salah satunya karena posisi geografis Indonesia. Kita perlu lebih gigih berupaya, baik di tingkat lokal, nasional, wilayah, maupun global, dalam mengadvokasikan kerja sama dalam penanganan masalah lingkungan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.

Novrizal mengatakan hal itu dalam kegiatan City Window Series (CWS) II yang diselenggarakan oleh Program Smart Green ASEAN Cities (SGAC) di Purwokerto, yang dihadiri sekitar 55 peserta dari berbagai negara ASEAN, 65 peserta dari 31 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kabupaten/kota se-Indonesia, empat perusahaan swasta, tiga kota di Uni Eropa, dan Asian Development Bank (ADB) yang berpartisipasi secara virtual.

Atas dasar tersebut, kata dia, KLHK menyambut baik kesempatan untuk berkolaborasi dengan program SGAC, khususnya dalam menyelenggarakan acara CWS II untuk berbagi dengan berbagai kota di ASEAN terkait pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Sebagai Ketua ASEAN tahun 2023, kegiatan CWS II merupakan acara yang penting bagi KLHK untuk menyelenggarakan kegiatan horizontal learning dalam rangkaian CWS dengan mengumpulkan perwakilan DLH dari 31 kota/kabupaten se-Indonesia guna menyoroti tantangan permasalahan lingkungan yang cukup serius dan secara khusus untuk menunjukkan praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan di Kabupaten Banyumas.

ASEAN krusial

Kepala Kerja Sama Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia/ASEAN, Thibaut Portevin percaya bahwa mengumpulkan berbagai pengalaman dari kota di Uni Eropa dan ASEAN menjadi krusial dalam pertukaran pengetahuan dan pengembangan kerja sama.

Menurut dia, kerja sama antara ASEAN dan Uni Eropa sangat penting, khususnya saat menyangkut isu krusial, seperti pembangunan perkotaan dan potensi pembiayaan bagi kota untuk pembangunan berkelanjutan.

"Uni Eropa sangat berkomitmen untuk bekerja bersama wilayah ASEAN, khususnya terkait lingkungan dan perubahan iklim, dan kami ingin melihat berbagai solusi pembiayaan inovatif dari program SGAC untuk mengonsolidasikan lebih jauh kerja sama dengan wilayah ASEAN," ucapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Banyumas Achmad Husein menjelaskan tentang transformasi pengelolaan persampahan di Banyumas merupakan sebuah proses yang masih berjalan dan tidak mungkin terjadi tanpa peran aktif masyarakat maupun swasta.

Oleh karena itu, dia percaya bahwa kegiatan CWS II akan membantu sebuah kota untuk belajar dari berbagai kota lain di wilayah ASEAN.

Menurut dia, Banyumas telah membangun ekonomi sirkular dari pengelolaan sampah yang berkelanjutan dengan partisipasi aktif masyarakat dan investasi swasta.

"Kami bangga untuk ikut menyelenggarakan acara ini dan berbagai pengalaman kami. Namun, tentunya kami juga bersemangat untuk belajar dari pengalaman kota-kota lain di ASEAN," ungkapnya.
Modal Pembiayaan
Sementara itu, Direktur Local Transformative Finance United Nations Capital Development Fund (UNCDF), David Jackson mengatakan untuk menjalankan inovasi pembiayaan perkotaan membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan visi dari kota maupun pemerintah nasional dalam mendorong sistem yang baik.

Dalam hal ini, kata dia, SGAC bertujuan untuk mengembangkan modul pembiayaan perkotaan yang dapat digunakan kota dalam memperkuat inisiatif hijau dan cerdas.

"Acara ini memberikan kesempatan untuk kota belajar mengenai berbagai inisiatif kota cerdas dan hijau serta rencana bisnis kota tersebut terkait bagaimana mengembangkan rencana (pipeline) proyek agar dapat didukung oleh SGAC," katanya.

Kabupaten Banyumas dalam hal ini Purwokerto merupakan salah satu dari 13 kota di ASEAN yang ikut Program Smart Green ASEAN Cities. Selain Purwokerto, ada satu kota lainnya di Indonesia yang tergabung dalam Program SGAC, yakni Banyuwangi, Jawa Timur.