Akademisi Unsoed : Dokter perlu bijak gunakan antibiotik
Minggu, 19 November 2023 16:53 WIB
Dosen FK Unsoed Purwokerto yang juga Ketua IDAI Kabupaten Banyumas Dr. dr. Qodri Santosa, M.Si.Med., Sp.A. memaparkan materi bertema Makan Sehat Tubuh Kuat dalam acara "Mengundang Tokoh" di SD Al Irsyad 01 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu ( 27/7/2019). ANTARA/Facebook/SD Al Irsyad 01 Pwt
Purwokerto (ANTARA) - Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr. dr. Qodri Santosa, M.Si.Med., Sp.A. mengajak seluruh dokter untuk bijak dalam menggunakan antibiotik pada pengobatan pasien terutama pasien anak.
"Bijak dalam menggunakan antibiotik, panas (demam) pakai antibiotik sesuai indikasinya," kata pengampu mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak itu saat dihubungi di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu.
Ia mengatakan terkait isu kelangkaan antibiotik di seluruh dunia yang mewarnai peringatan Hari Peduli Antibiotik Sedunia yang diperingati setiap tanggal 18 November.
Biasanya, kata dia, penyakit yang diberi antibiotik adalah penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
"Jangan sampai panas sehari, langsung dikasih antibiotik. Selain boros, kalau suatu saat dia perlu, saking seringnya pakai antibiotik, malah jadi kebal," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kabupaten Banyumas itu.
Menurut dia, industri farmasi sebenarnya terus berkembang dan telah menghasilkan beberapa antibiotik baru.
Akan tetapi, kata dia, sering kali dokter sangat mudah memberikan antibiotik kepada pasiennya, sehingga hal itu diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya kelangkaan antibiotik.
Bahkan, lanjut dia, ada istilah bahwa antibiotik itu sebagai tameng terakhir dalam pengobatan.
Ia mengakui bahwa dalam pengobatan sebenarnya tidak ada pengganti antibiotik.
"Yang paling penting justru ketika tidak ada indikasi, jangan dikasih antibiotik, kalau memang butuh antibiotik ya dikasih," kata dokter Qodri.
"Bijak dalam menggunakan antibiotik, panas (demam) pakai antibiotik sesuai indikasinya," kata pengampu mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak itu saat dihubungi di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu.
Ia mengatakan terkait isu kelangkaan antibiotik di seluruh dunia yang mewarnai peringatan Hari Peduli Antibiotik Sedunia yang diperingati setiap tanggal 18 November.
Biasanya, kata dia, penyakit yang diberi antibiotik adalah penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
"Jangan sampai panas sehari, langsung dikasih antibiotik. Selain boros, kalau suatu saat dia perlu, saking seringnya pakai antibiotik, malah jadi kebal," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kabupaten Banyumas itu.
Menurut dia, industri farmasi sebenarnya terus berkembang dan telah menghasilkan beberapa antibiotik baru.
Akan tetapi, kata dia, sering kali dokter sangat mudah memberikan antibiotik kepada pasiennya, sehingga hal itu diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya kelangkaan antibiotik.
Bahkan, lanjut dia, ada istilah bahwa antibiotik itu sebagai tameng terakhir dalam pengobatan.
Ia mengakui bahwa dalam pengobatan sebenarnya tidak ada pengganti antibiotik.
"Yang paling penting justru ketika tidak ada indikasi, jangan dikasih antibiotik, kalau memang butuh antibiotik ya dikasih," kata dokter Qodri.
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kadin dan SRC ajak masyarakat peduli lingkungan melalui Bulan Bersih Surakarta
12 September 2024 5:59 WIB
BRI Peduli edukasi masyarakat jaga kebersihan sungai dan hijaukan lingkungan sekitar
08 August 2024 15:51 WIB